Sebuah bangunan batu abad ke-14, St Catherine's Chapel yang berdiri sendirian di puncak bukit pesisir Dorset, Inggris kini semakin tampak sebagai warisan yang terlantar. Sesuai fungsinya, kapel ini dahulu digunakan sebagai tempat ibadah para biarawan Abbotsbury Abbey, sebagai tempat ziarah dan berdoa, serta digunakan juga oleh pelaut untuk memberi tanda arah mata angin.
Dari kejauhan, St Catherine's Chapel tampak seperti bongkahan batu besar di atas bukit Abbotsbury. Bangunan ini benar-benar berdiri sendirian, tak ada bangunan apapun yang berdiri di sekitarnya. Jendelanya sudah lapuk, dindingnya tergerus angin laut, dan interiornya kosong, menjadikannya bangunan bersejarah yang penuh kesunyian. Meski ditinggalkan zaman, kapel ini menyimpan sejarah panjang, mulai dari peran religiusnya hingga legenda perempuan yang dulu datang berdoa meminta jodoh.
Bangunan Tua yang Mulai Rapuh
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari The Guardian, Senin (8/12/2025), kapel ini dibangun pada abad ke-14 oleh para biarawan Abbotsbury Abbey, dengan tujuan awal menjadi tempat ibadah dan titik ziarah penting di kawasan pesisir Dorset. Kini, kerusakan terlihat hampir di setiap sisi bangunan. Interiornya sudah tidak memiliki ornamen apapun, hanya bayangan cahaya yang masuk dari celah-celah tembok dan lantai batu yang terlihat rapuh.
Meski kosong, kapel ini sering dianggap tetap hidup karena suara angin laut yang sering menerpa pintu dan dinding bangunan. Hembusan itu menimbulkan gema dan suara-suara aneh.
Berdiri di Lokasi Sakral
Puncak bukit Abbotsbury bukanlah lokasi sembarangan. Jauh sebelum kapel dibangun, area ini sudah dianggap suci oleh masyarakat prasejarah. Bukit sekitarnya menyimpan peninggalan berupa kuburan berbentuk gundukan tanah dari zaman perunggu, lingkar batu dan situs ritual, serta bekas benteng bukit dari zaman besi yang juga ditinggalkan.
Berdirinya bangunan ini, menunjukkan bahwa kegiatan spiritual telah berlangsung di lokasi ini selama ribuan tahun. Eropa pada abad pertengahan, memang terkenal dengan kegiatannya untuk membangun gereja atau kapel di lokasi yang sebelumnya sakral, untuk meneruskan kekuatan simbolisnya. St Catherine's Chapel diyakini juga mengikuti pola ini, sebuah bangunan tempat ibadah yang muncul di atas tanah perbukitan dan sudah lama dianggap penting secara spiritual.
Kapel Pencari Jodoh
Selain fungsi religiusnya, kapel ini terkenal dengan tradisi yang cukup unik yaitu tempat ritual untuk meminta jodoh. Pada hari pesta St Catherine yang diperingati di tanggal 25 November, para perempuan akan datang ke kapel untuk membacakan doa khusus.
Doanya sederhana namun khusus, yaitu meminta segera diberikan pasangan yang tampan, baik hati, dan kaya raya. Ritual ini dilakukan di serambi sisi selatan bangunan, yang memiliki rongga lutut dan lubang tangan khusus yang dipercayai untuk berbisik kepada St Catherine.
Kapel ini hanya menyisakan batu-batu tua dan cekungan dinding itu. Namun kisah ritual yang unik tetap menjadi daya tarik bagi para peneliti budaya dan wisatawan yang penasaran.
Ditinggalkan Setelah Berabad-abad
Seiring waktu, peran kapel memudar. Setelah masa biara berakhir dan ritual ziarah tidak lagi dilakukan, bangunan ini pelan-pelan kehilangan fungsinya. Tidak ada jemaat, tidak ada misa, bahkan tidak ada perawatan rutin.
Angin laut dan hujan seolah menjadi teman baru bagi bangunan yang sendirian ini. Di atas bukit yang terpapar angin kencang, St Catherine's Chapel berdiri sebagai warisan arsitektur yang terancam hilang, menyimpan kisah spiritual dari berbagai zaman, tetapi tetap diam dalam kesendirian.
(zlf/zlf)











































