Keterisian ruang di mal-mal Jakarta mengalami peningkatan jika dibandingkan pada masa Covid-19 lalu. Menurut data dari konsultan real estate global, CBRE, tingkat keterisian mal-mal di Jakarta meningkat 86 persen.
"Tapi kembali lagi kalau kita lihat dari akhir tahun lalu sampai sekarang, mulai ada kenaikan. Jadi mal okupansinya udah mulai sedikit naik di kisaran sekitar 86 persen," pengamat properti sekaligus Head of Research and Consultancy CBRE Anton Sitorus dalam acara CBRE Inaugural Media Briefing yang bertajuk "2025 Year in Review & 2026 Outlook" di WTC 3, Jakarta, pada Selasa (18/11/2025).
Namun, ada pergeseran kebiasaan pada pengunjung. Jika dahulu mal adalah tempat mereka berbelanja dan mencari hiburan dengan melihat-lihat tenant. Saat ini pengunjung lebih memilih datang ke mal jika ada sesuatu yang bisa mereka coba secara langsung atau mengunjungi tempat yang memberikan experience bagi mereka. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat zaman sekarang yang kerap mengunggah kegiatan di media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbelanja saat ini bukan menjadi tujuan utama mereka ke mal, melainkan berkumpul dengan keluarga dan kerabat, mencoba hal baru, hingga mencoba makanan viral di media sosial.
"Sekarang kalau anak-anak milenial pergi ke mal, pergi ke toko, cafe, pengen ada yang lebih. Jadi experience retail itu sudah jadi tren juga. Pergi ke cafe nggak cuma minum kopi, tapi ada sesuatu yang lain," jelasnya.
Naiknya okupansi di mal ini juga membuka peluang banyak tenant asing masuk ke Indonesia. Uniknya merek-merek yang masuk tersebut bukan dari Amerika atau Eropa, melainkan dari Asia, seperti China, Korea, Singapura, hingga Thailand. Merek-merek ini berjamuran di sektor food and beverage, elektronik, gadget, hingga beauty care.
Pulihnya okupansi mal juga berpengaruh pada biaya sewa. Adanya kenaikan harga sewa pada mal high-end, rata-rata sekitar Rp 700 ribu per meter persegi per bulan. Di sisi lain, mal middle-low masih belum ada perubahan harga, rata-rata di bawah Rp 200 ribu per meter persegi per bulan.
Mal di Jakarta dibagi dalam 4 kategori, high end, upper, middle up, dan middle-low. Okupansi mal high-end dan upper mengalami kenaikan dan penurunan yang cukup signifikan selama 2020-2025, tetapi tahun ini mengalami peningkatan. Sementara itu, middle up dan middle low stabil sejak 2021.
Secara keseluruhan, sektor retail di Jakarta terutama rental shopping mall luasnya mencapai 3,4 juta meter persegi. Lahan yang terserap tahun ini hanya 18.500 meter persegi karena hanya 2 mal yang diresmikan akhir tahun ini, salah satunya yang berada di Kemayoran.
Lalu, okupansi secara menyeluruh di 2025 mencapai 86 persen. Jumlah lahan pasokan ke depannya ada 154 ribu meter persegi. Lalu, rata-rata harga sewa mal di Jakarta adalah Rp 320.000 per meter persegi per bulan. Sementara, jumlah lahan yang masih tersedia adalah 500 ribu meter persegi.
(aqi/das)










































