Menteng Tak Seindah Itu, Ada Kampung Kumuh yang Sudah Eksis Sejak Era Belanda

Menteng Tak Seindah Itu, Ada Kampung Kumuh yang Sudah Eksis Sejak Era Belanda

Danica Adhitiawarman - detikProperti
Rabu, 19 Nov 2025 14:01 WIB
Rumah Kumuh di Menteng
Permukiman Padat di Menteng Foto: Danica Adhitiawarman
Jakarta -

Kawasan Menteng yang terkenal elite ternyata punya permukiman padat dan kumuh. Dua sisi Menteng ini menampilkan kontras kehidupan dan kesenjangan sosial.

Fenomena ini tidak muncul secara tiba-tiba. Kawasan elite di Kelurahan Menteng memang sudah lama dirancang eksklusif. Sementara itu, permukiman padat dan kumuh muncul seiring berjalannya waktu.

Namun, bagaimana asal-usul Menteng menjadi kawasan elite dan juga padat serta kumuh?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarawan yang juga Pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali menceritakan dulu Menteng merupakan kawasan hutan belantara sebelum abad ke 19. Kawasan ini pun mulai padat pada awal abad ke 20 tapi belum seperti sekarang ini.

"Kawasan Menteng dulu masih perkampungan yang banyak ditumbuhi buah menteng. Dia adalah tanah partikelir sebenarnya lahan ini diperjualbelikan terutama oleh pemerintah kolonial kepada para tuan tanah," ujar Asep kepada detikProperti, Selasa (18/11/2025).

ADVERTISEMENT

Pada awal abad ke 19, kawasan bisnis dan pemerintahan yang tadinya di Batavia atau yang sekarang dikenal sebagai Kota Tua dipindahkan karena sudah penuh sesak dan banyak nyamuk. Kawasan tersebut dipindahkan, salah satunya oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels, ke New Batavia atau yang kini daerah Lapangan Banteng, Monas, dan sekitarnya.

Dengan dipindahkannya gedung perkantoran dan pemerintahan, pemerintah kolonial Belanda mengubah Menteng menjadi permukiman eksklusif. Menteng dikembangkan membentuk perumahan elite yang disebut Kota Taman.

"Jadi yang tadinya kawasan ditumbuhi pohon kelapa, perkampungan penduduk itu terusir, dibangunlah kawasan Menteng. Jadi dulu Menteng dirancang eksklusif kemudian, jadi tidak tiba-tiba jadi permukiman elite, dari dulu sebagai produk politik ruang kolonial sampai hari ini," jelasnya.

Sementara itu, Asep mengatakan ada permukiman padat dan kumuh yang bertolak belakang dengan citra mewah Menteng. Ia mengungkap asal usul permukiman padat itu sebenarnya berasal dari kampung lama sebelum Menteng menjadi kawasan elite.

"Sebenarnya dia (permukiman) enggak benar-benar hilang jadi sebelum dijadikan Kota Taman ada permukiman masyarakat. Mereka ada petani, pengembala, buruh, penjaga kebun di awal abad ke 20 itu dan baru kemudian Belanda menjadikan kawasan menteng itu jadi kawasan elite dan kampung-kampung di sekitarnya itu tetap ada," katanya.

Permukiman tersebut bertahan dan menyesuaikan diri dan semakin padat hingga saat ini. Kemudian sekitar 1950-1960an ketika Pemerintah Republik Indonesia semakin gencar, terjadi urbanisasi.

Jakarta semakin gencar membangun infrastrukturnya, seperti pada 1970. Banyak perantau pun datang ke Jakarta sebagai pekerja bangunan, asisten rumah tangga, tukang kebun, hingga pedagang.

"Jakarta sebagai ibukota negara ini menjanjikan harapan baru maka arus para perantau masuk tidak ada hentinya itu. Banyak di antara mereka yang para perantau ini justru tinggalnya di kantong-kantong ini," tuturnya.

Para pendatang pun mencari tanah kosong untuk tempat tinggal. Hal ini lama-lama menimbulkan densifikasi tanpa kendala sehingga mewujudkan kawasan Menteng seperti hari ini yang padat dan kumuh, terutama di daerah bantaran kali.

Rumah-rumah di permukiman tersebut ada yang semula lantai satu, lalu ditambah lantainya jadi dua. Lalu, terdapat banyak kos-kosan berupa bedeng. Banyak pekerja di kawasan elite Menteng tinggal di permukiman padat ini.

"Permukiman kumuh ini adalah bayangan dari Menteng itu sendiri. Jadi dia tumbuh karena kotanya butuh tenaga juga jadi ini saling melengkapi antara kawasan Menteng dan mereka yang kerja di kawasan menteng itu rata-rata tinggal di kawasan itu juga yang kumuh," ucapnya.

Terpisah, Lurah Menteng Indrawan Prasetyo pernah menyampaikan kawasan Menteng yang elite sudah tertata sejak zaman kolonial Belanda. Sementara itu, kawasan padat seperti RW 01 dulu merupakan daerah perairan atau rawa.

Kawasan padat itu sejak dulu ada permukiman, tetapi semakin padat karena banyaknya pendatang memadati kawasan perairan tersebut. Bahkan sekarang masih ada bangunan yang berdiri sejak sekitar 1950-1960.

"Banyak orang pedagang kan dan rata-rata banyak kosan juga. Ya memang di situ banyak orang yang mengadu nasib untuk kerja di Jakarta untuk sekarang ya. Kalau untuk dulunya sama juga kayak gitu rata-rata memang pendatang yang mungkin bekerja di lingkungan elite Belanda," kata Indrawan kepada detikProperti beberapa waktu lalu.

Adapun beberapa rumah ada yang kondisinya kumuh, menurutnya, karena belum ada penataan kawasan. Sebagian penduduk pun membangun rumahnya sendiri tanpa mengikuti standar atau menggunakan jasa arsitek.

Lalu, kesulitan ekonomi juga membuat pemilik rumah lebih memprioritaskan dana untuk kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, mereka tidak fokus memperbaiki rumah.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini

(dhw/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads