Saat ini lokasi apartemen bisa berada di mana saja. Ada yang berdiri di lahan sendiri kemudian dibangun beberapa tower apartemen. Ada pula yang modelnya mix-used, di mana satu gedung terdiri dari beberapa jenis properti, yakni mal, hotel, hingga apartemen.
Meskipun sama-sama hunian vertikal, kedua apartemen tersebut menawarkan dua kebutuhan yang berbeda.
Menurut pengamat properti sekaligus Head of Research and Consultancy CBRE Anton Sitorus menjelaskan apartemen di atas mal atau dalam tower mix-used merupakan jenis hunian yang cocok untuk masyarakat yang menginginkan tempat tinggal dekat dengan pusat hiburan dan keramaian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hunian tersebut juga biasanya berada di tengah kota dan transportasi umum. Jadi lebih efisien untuk mobilisasi dan memenuhi kebutuhan.
"Itu memang konsep yang sengaja dibikin supaya buat residensialnya bagus, buat malnya juga bagus karena buat malnya kan dia punya active market tuh misalnya di Kokas (Kota Kasablanka), ada berapa apartemen tuh," kata Anton saat ditemui dalam acara CBRE Inaugural Media Briefing yang bertajuk "2025 Year in Review & 2026 Outlook" di WTC 3, Jakarta, pada Selasa (18/11/2025).
Sementara itu, apartemen konvensional yang berdiri di lahan khusus, umumnya dipilih oleh orang-orang yang membutuhkan ketenangan. Apartemen konvensional kerap dikenal sebagai area hunian yang premium, tetapi menurut Anton saat ini banyak juga apartemen yang bisa dibeli atau disewa oleh seluruh kelas masyarakat, termasuk menengah.
"Ada juga orang yang pengen cari ketenangan. Kalau di Pakubuwono, orang yang tinggal di situ pengen cari ketenangan tuh. (Meski nggak ada mal) Tapi fasilitasnya kayak area olahraga, park, taman apa segala macam, dia tersedia. (Lebih private gitu ya?) Iya," ujar Anton.
Ia melihat perbedaan pasar ini bukan hanya merujuk pada masyarakat lokal, melainkan warga negara asing. Mereka tidak melulu mengincar apartemen premium atau lebih private, ada juga yang memilih di atas mal.
"Kalau bule-bule, orang-orang asing sih pasti pengennya lebih model Pakubuwono. Tapi kalau bule-bule India, bule-bule China mungkin maunya yang di bawahnya mal, kayak di Kokas, Kelapa Gading tuh banyak banget tuh bule-bule Asia," sebutnya.
Jika dibandingkan dengan harga, hal ini tergantung pada lokasi dan kemudahan akses di sekitar apartemen, bukan soal di lahan sendiri atau mix-used. Jika apartemennya di tengah kota dekat ke mana pun, harganya pasti akan lebih mahal. Sementara yang lokasinya agak ke pinggiran Jakarta, dengan tipe sama-sama mixed-use, harganya bisa lebih murah.
"Tergantung lokasinya. Kalau di Kokas karena lokasinya udah tengah kota, pasti mahal. Kelapa Gading juga pasti mahal. Tapi kalau di Bekasi mungkin lebih murah, walaupun modelnya sama ada mal, ada apartemen, ada hotel tergantung di mana lokasinya," ujarnya.
Namun, ada temuan juga, apartemen yang berdiri di lokasi pribadi, tidak nempel dengan mal, harganya cukup mahal. Hal ini dikarenakan properti tersebut dibuat premium. Penghuni apartemen tersebut mendapat jaminan privasi aman, fasilitas kelas atas, dan apabila ingin ke mal atau tempat hiburan lain jaraknya masih terjangkau meski tidak menempel.
(aqi/das)










































