Semen merupakan salah satu bahan material yang digunakan untuk membangun rumah. Semen punya fungsi utama sebagai perekat bahan bangunan serta menjadi bahan utama beton.

Semen terbuat dari campuran batu kapur, kalsium, silikon, besi, dan aluminium. Setelah seluruh bahan dicampur maka perlu dipanaskan dalam klin besar dengan suhu sekitar 2.700 derajat Fahrenheit (1.482 derajat Celcius) agar menghasilkan produk yang dikenal sebagai klinker.

Sebagai informasi, klinker memiliki bentuk seperti kelereng dan digiling hingga menjadi bubuk. Lalu, bubuk itu ditambahkan dengan gipsum untuk menciptakan tepung abu-abu yang disebut dengan semen.

Meski punya fungsi krusial dalam fondasi bangunan, tetapi material ini dapat mencemari lingkungan. Menurut laporan United States Environmental Protection Agency (EPA), proses pembuatan semen dapat menghasilkan hampir 8% emisi karbon dunia setiap tahun.

Proses pembuatan semen yang dapat mencemari udara tentu tidak baik untuk kelangsungan hidup manusia di masa depan. Oleh sebab itu, para ilmuwan mulai mencari bahan material pengganti semen yang lebih ramah lingkungan tapi tetap kokoh.

Dilansir situs Union Rayo, para peneliti dari RMIT University Melbourne, Australia, meneliti bahan-bahan alami yang bisa digunakan untuk mengganti semen. Mereka menemukan dua bahan yang bisa dipakai, yakni tanah dan kardus bekas.

Material yang digunakan menggunakan bahan dasar rammed earth, yakni tanah yang dipadatkan dan ditambah sedikit air. Teknik ini menggunakan tanah lembap yang dipadatkan berlapis-lapis di dalam cetakan untuk membuat dinding atau lantai yang kokoh.

Metode konstruksi bangunan ini sebenarnya sudah ada sejak berabad-abad lalu. Banyak rumah di zaman dahulu yang dibangun menggunakan tanah padat. Salah satu keunggulan dari material tanah yakni dapat menjaga suhu dalam ruangan tetap stabil.

Kini, tanah mulai dipertimbangkan untuk dipakai lagi sebagai material bahan bangunan. Agar lebih kokoh, tanah akan dicampur dengan bahan lain seperti kardus daur ulang.

Campuran tanah padat, air, dan tabung kardus daur ulang bisa digunakan sebagai pengganti semen. Kardus memiliki dua fungsi, yakni sebagai cetakan sekaligus fondasi struktur bangunan.

Setelah melalui uji laboratorium, hasilnya menunjukkan material tersebut ternyata kuat dan stabil. Bahkan diklaim lebih kokoh dibandingkan tanah yang dicampur semen.

Meski begitu, tim peneliti mengaku jika penggunaan tanah dan tabung kardus daur ulang hanya cocok untuk rumah satu lantai. Bahan material ini perlu diuji lebih lanjut untuk membangun hunian dua lantai atau lebih tinggi.

Selain campuran tanah dan kardus daur ulang, tim peneliti dari RMIT University juga menggunakan tabung serat karbon dalam pengujiannya. Bahan ini disebut tahan lama dan telah banyak digunakan pada komponen pesawat terbang hingga super car.

Kombinasi antara tanah padat, air, dan serat karbon dapat menghasilkan kolom yang hampir sekuat beton, tapi bobotnya lebih ringan. Selain itu, material ini juga diklaim lebih ramah lingkungan karena berhasil mengurangi 80% emisi karbon di udara.

Tim peneliti menilai material tanah padat dan tabung karbon sangat cocok untuk hunian yang berada di daerah rawan gempa bumi. Sebab, konstruksi bangunannya dinilai lebih ringan tapi tetap kuat.

Meski penggunaan tanah padat dan kardus daur ulang dinilai menjanjikan, tetapi para peneliti perlu melakukan studi lebih lanjut. Para ilmuwan masih harus menilai bagaimana material ini digunakan dalam jangka waktu 5-10 tahun ke depan.

Jika tanah padat dan kardus daur ulang ternyata mampu bertahan dalam jangka waktu lama, bukan tidak mungkin penggunaan semen akan ditinggalkan sebagai bahan material dasar untuk membangun rumah.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini