Tantangan Kepemilikan Rumah di Masa Depan, Ini yang Disorot Pengembang

Tantangan Kepemilikan Rumah di Masa Depan, Ini yang Disorot Pengembang

Moch Prima Fauzi - detikProperti
Minggu, 16 Nov 2025 12:55 WIB
BTN Housingpreneur 2025 Surabaya
Foto: dok. Moch Prima Fauzi/detikcom
Surabaya -

Sebagai kebutuhan yang mendasar, kepemilikan rumah menjadi hal prioritas yang ingin dicapai oleh kebanyakan orang. Namun, pada kenyataannya memiliki rumah tak selalu mudah dan murah. Pengembang pun mengungkapkan beberapa tantangannya.

Founder PT Sembilan Bintang Lestari, Adhiimsyah Luthfi mengatakan kendala terbesar bagi pengembang, khususnya di kota-kota besar, adalah perolehan lahan. Menurutnya, faktor utama dalam perumahan bukanlah sekadar luas bangunan, melainkan ketersediaan lahan yang memadai.

Ia menjelaskan, kepemilikan atas lahan yang luas akan memungkinkan pengembang untuk memaksimalkan pengembangan properti ke depannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi menurut saya sih rumah kalau nomor satu itu bukan seberapa besar luas bangunan yang diperlukan, tapi lahannya seberapa luas. Karena ketika kita memiliki lahan yang besar, kita akan bisa memaksimalkan ke depannya," ungkap Adhiimsyah dalam acara BTN Housingpreneur yang diadakan di Aula Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Jumat (14/11/2025).

Dalam hal ini, ia mengapresiasi langkah pemerintah yang dinilai telah mendukung para pengembang. Berbagai program Kementerian Perumahan dan Permukiman telah memberikan manfaat, termasuk program terbaru berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan atau Kredit Pemilikan Properti (KPP).

ADVERTISEMENT

Adhiimsyah menjelaskan bahwa program KPP difokuskan untuk menstimulasi sektor properti dengan menekan biaya di segmen tertentu.

"Terakhir ini ada program baru namanya KUR Perumahan, KPP. Yang mana itu memang digenjot bagaimana caranya, karena beliau (Menteri Perumahan dan Permukiman, Maruarar Sirait) paham perolehan tanah tidak bisa dikurangi, maka segmen lain-lain bisa dikurangi. Salah satunya adalah biaya kredit di perbankan, biaya modal kerja," ungkapnya.

Selain KPP, ia juga mengapresiasi program lain yang terus berjalan, seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk rumah subsidi, serta insentif PPN DTP (Ditanggung Pemerintah) sebesar 11 persen.

Menurutnya, insentif fiskal tersebut menjadi faktor kunci yang menjaga harga rumah tetap terjangkau, khususnya bagi kalangan muda yang selama ini menghadapi kendala dalam memiliki hunian.

"Kalau harga rumah tidak murah, tentunya banyak anak-anak muda, terutama gen Z, akan susah sekali untuk menjangkau," imbuh pemenang The Best Affordable House Kategori Landed Residential BTN Housingpreneur 2024 tersebut.

BTN Housingpreneur 2025 SurabayaBTN Housingpreneur 2025 Surabaya Foto: dok. Moch Prima Fauzi/detikcom

Di sisi lain, ia juga memahami realita perbedaan pola hidup antara kota besar dan daerah, termasuk dalam hal toleransi terhadap jarak tempuh. Ia mengatakan semakin besar akses ke perumahan maka nilai rumahnya pun akan lebih tinggi.

Selain itu, Associate Professor Departemen Desain Produk Industri ITS & Managing Director Design Center ITS, Agus Windharto menyoroti dua peran kunci dalam mewujudkan hunian terjangkau. Pertama, peran pemerintah dalam menyediakan infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, dan air. Dengan demikian, beban biaya pengembang dapat berkurang sehingga harga jual rumah menjadi lebih terjangkau.

Kedua, dari sisi pembiayaan, ia menilai skema yang ditawarkan Bank Tabungan Negara (BTN) saat ini sudah cukup menarik. Ia memaparkan adanya perubahan standar kelayakan kredit (bankability), di mana porsi cicilan terhadap penghasilan yang dianggap layak kini telah meningkat menjadi sekitar 50%.

"Jadi kalau kita lihat di negara-negara maju misalnya ya, itu biaya untuk sewa tempat tinggal itu bisa sampai 50% dari total pengeluaran. Jadi betul-betul ini satu yang menjadi perhatian," ungkap Prof. Agus.

Mengenai bentuk hunian, Prof. Agus menyatakan perlunya pendekatan yang berbeda antara kawasan pedesaan dan perkotaan. Untuk daerah seperti Jember, rumah tapak (landed house) masih memungkinkan. Namun, untuk perkotaan dengan harga lahan tinggi dan terbatas, ia menekankan bahwa pertumbuhan vertikal menjadi sebuah keniscayaan.

Peran Teknologi untuk Pertemukan Hunian Terjangkau

CEO & Co-Founder Mamikos.com, Maria Regina Anggit Tut Pinilih, menjelaskan peran Mamikos dalam menjawab tantangan keterjangkauan hunian di kawasan urban. Ia menyatakan bahwa Mamikos berfokus untuk mempertemukan pemilik kos dengan pencari kos. Hal ini karena tingginya permintaan yang didorong oleh aktivitas bekerja dan perkuliahan di kota besar.

"Kalau kita lihat kenapa kemudian platform kita itu digunakan orang? Karena masih banyak kemudian orang itu kemudian milih ke kos, karena affordability (keterjangkauan harga) juga masih jadi isu. Semakin urban sebuah area itu semakin tinggi harga orang bisa afford (memiliki) rumah," ungkap Maria.

Lebih lanjut, Maria mengatakan bahwa Mamikos akan memperluas perannya dengan tidak sekadar mempertemukan pemilik dan pencari kos, melainkan juga mendukung kedua belah pihak. Dukungan terhadap pemilik kos dinilai krusial untuk menambah suplai kamar guna memenuhi permintaan tinggi di kawasan perkotaan yang belum diimbangi dengan ketersediaan yang memadai.

"Karena ternyata yang mencari, yang butuh tempat tinggal dekat tempat kerja, dekat tempat kuliah itu sangat tinggi," pungkasnya.

BTN Housingpreneur di ITS

BTN Housingpreneur 2025 merupakan ajang kompetisi tahunan yang memberi kesempatan bagi arsitek, pengembang, pengusaha, dan mahasiswa untuk terhubung langsung dengan ekosistem perumahan nasional. Ajang ini menjadi wadah adu ide sekaligus mempertemukan peserta dengan jaringan bisnis nyata mulai dari pengembang, penyedia material, pelaku teknologi, hingga calon pembeli rumah.

Selain talkshow, BTN Housingpreneur di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, menghadirkan rangkaian acara termasuk sesi games interaktif, pembagian doorprize, serta penampilan musik dari penyanyi ternama Virzha.

BTN Housingpreneur 2025 digelar di berbagai kampus besar yakni di Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB), kemudian berlanjut ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.




(prf/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads