Farina, sebuah area di Australia Selatan, sempat menjadi kota mati. Namun, kini sering kali didatangi oleh para wisatawan.
Menurut laporan ABC News, masyarakat Farina benar-benar meninggalkan kawasan tersebut pada 1967 karena kekeringan dan berubahnya jalur kereta api Ghan yang asli.
Pada 2008, Tom Harding mendirikan proyek restorasi Farina berupa Farina Restoration Group. Para relawan Farina Restoration Group setiap tahunnya bekerja untuk merestorasi bangunan yang ada di sana, termasuk hotel, kantor pos, serta kantor polisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Salah satu bangunan yang sedang direstorasi di kota mati Farina, Australia Selatan Foto: Dok. Facebook/farinareno (Farina Restoration Group) | 
Ditambah lagi, di sana ada sebuah toko roti bawah tanah terkenal yang berhasil direstorasi sehingga menjadi magnet bagi wisatawan untuk datang ke Farina. Uniknya, toko roti itu hanya buka pada waktu tertentu yaitu ketika proyek restorasi kembali dilakukan. Misalnya pada 2026, toko roti itu akan dibuka pada 23 Mei sampai 19 Juli.
 Salah satu pembuat roti di toko roti bawah tanah Farina. Foto: Dok. Facebook/farinareno (Farina Restoration Group) | 
Dilansir dari Farina Restoration Group, toko roti ini berhasil dipugar dan dipakai kembali pada 2010 setelah hampir 80 tahun tidak digunakan.
Dikutip dari realestate.com.au, disebutkan bahwa dulunya toko roti itu bisa melayani 100 penduduk dari 30 rumah yang ada di Farina. Toko roti itu beroperasi hingga 1940-an dan dialihfungsikan sebagai tempat pendingin daging selama beberapa tahun sebelum penduduk Farina meninggalkan kota itu.
Dalam 15 tahun terakhir, toko roti itu menjadi 'magnet' dan berhasil menggaet 12.000 wisatawan dari penjuru Australia. Setiap pembelian roti yang dilakukan, uangnya digunakan untuk restorasi dan pemeliharaan kota yang sarat akan sejarah itu. Meski toko roti hanya dibuka saat pekerjaan restorasi dilakukan, wisatawan masih bisa berkemah di area kemah Farina yang dibuka sepanjang tahun.
Farina merupakan sebuah kota yang ramai pada era 1880-an karena memiliki stasiun kereta api utama dari Port Augusta yang kala itu merupakan pusat pertambangan dan jalur transportasi ternak dan barang dari wilayah pedalaman di Australia atau outback. Kala itu, curah hujan di kawasan tersebut bisa dibilang cukup bagus sehingga pertanian dan perkebunan cukup subur.
Dilansir dari Farina Restoration Group, pada puncak kejayaannya, ada berbagai bangunan di Farina seperti hotel, sekolah, hingga kantor pos. Namun, tak lama pertambangan tembaga dan perak tutup serta iklim Farina yang sesungguhnya sudah kembali sehingga kawasan tersebut mengalami kekeringan dan kerap terjadi badai pasir. Alhasil, para penduduk pun meninggalkannya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(abr/abr)












































            
