Mendiang Kongjian Yu punya pendekatan berbeda soal cara mengatasi banjir di sebuah kawasan. Haram bagi arsitek pencipta konsep 'spong coty' ini untuk menggunakan beton penahan banjir. Kongjian Yu memilih untuk bersahabat dengan air.
Alih-alih menahan datangnya air agar tidak banjir dengan membangun tanggul atau beton, arsitek yang meninggal pada dua pekan lalu dalam kecelakaan pesawat ini menanami lahan yang dialiri air dengan tumbuh-tumbuhan, pohon. Dia memberikan ruang untuk air.
"Kota sponge adalah visi kita untuk menghidupkan kembali hubungan yang harmonis atau yang saya sebut, solusi pengendalian air berbasis darat," kata Yu dalam wawancaranya dengan CNN kala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu contoh kasus yang diambil adalah di salah satu kampus di Beijing, di mana ketika angin musim atau monsoon season, air bisa meninggi satu sampai 2 meter.
"Solusi konvensional adalah kita membangun infrastruktur beton. Tapi di sini, kita berteman dengan air," katanya.
Awalnya, tanah di kawasan itu ditutupi beton, sekarang hanya ditumbuhi tanaman yang tumbuh di atas tanah.
Proyek infrastruktur beton penangkal air sering ditemui di banyak negara. Proyek yang disebut infrastruktur abu-abu ini. Kongjian Yu mengatakan, strategi itu justru meningkatkan emisi karbon.
"Tak hanya itu, infrastruktur abu-abu ini tak bernyawa, jelek dan bahaya. Karena setiap banjir terjadi, luapan air pun sangat mungkin terjadi. Semua infrastruktur abu ini akan gagal," katanya.
Kongjian Yu meyakini, menghadapi arus air dengan beton akan memberikan dampak destruktif. Karena air bisa saja meluap karena tertahan, apalagi bila tanggulnya jebol.
"Di sini kita menghilangkan semua beton. Kita buat teras dan menanami rumput asli, jadi semua area ini bisa dibanjiri. Jadi kita memberikan ruang untuk air. Saat kita beri ruang untuk air, air akan bersahabat. Dengan cara itu, kita bisa menghindari dampak kerusakan oleh air," ujarnya.
"Ini bukan soal engineering, bukan kebijakan. tapi transformasi sosial. Kuncinya adalah air. Tanpa air, kita tidak punya bumi ini," imbuhnya.
Kongjian Yu sudah meluncurkan lebih dari 1.000 proyek di 200 kota, yang berfokus pada pengelolaan air, membangun hubungan yang baik dengan air ketimbang membuat dam atau tanggul penahan air saat banjir datang.
Sayang, arsitek visioner ini meninggal dalam kecelakaan pesawat di Brasil. Di pesawat itu, Kongjian Yu hendak membuat film dokumenter mengenai sponge city.
(zlf/das)