Cerita menarik datang dari New York. Ini bukan cerita baru, tapi salah satu peristiwa paling bersejarah yang pernah ada di bidang arsitektur.
Sebuah laporan CNN menyebut, sebuah gedung 59 lantai dibangun pada tahun 1970-an. Gedung yang kemudian jadi kantor bank CitiCorp ini pertama kali dibuka pada 12 Oktober 1977. Gedung ini tinggi menjulang 278 meter, setara dua kali tinggi Monas. Gedung tersebut cukup jarang ditemui pada masa-masa itu. Apalagi, bentuknya unik dan ikonik: atapnya miring.
Tak heran, CitiCorp jadi pusat perhatian warga New York. Kritikus arsitektur pun tak henti melontarkan pujian-pujian atas gedung garapan arsitek Hugh Stubbins dan insinyur struktur William LeMessurier ini. Tapi jangan terpukau dulu, pujian itu bisa saja jadi mimpi buruk bila tak ada peran dua orang mahasiswa yang mengungkap fakta di balik gedung itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua orang mahasiswa itu mengatakan ada cela yang bisa bikin gedung itu ambruk. Luluh lantak. Rata dengan tanah dan ribuan orang bisa saja meninggal. Ternyata terungkap gedung ini sangat rentan goyah karena terpaan angin kencang. Struktur lebih rapuh terhadap angin ketimbang dari perkiraan semula.
Sebenarnya, ada alat peredam atau pemberat di atas gedung itu. Tapi, bila alat itu kehilangan tegangan listrik dan di saat bersamaan angin kencang berhembus, ya, wassalam. Para ahli memperkirakan peluang angin sekuat itu bisa terjadi sekali dalam 16 tahun.
Atas bisikan dari mahasiswa itu, LeMessurier sadar, ternyata memang ada kesalahan besar. Salahnya ia hanya menghitung beban angin yang datang sejajar dengan sisi bangunan. Ia tak terpikir bahwa angin bisa berembus dari arah diagonal yang bisa memberikan tekanan 40% dari yang diperkirakan.
Lebih parah lagi, sambungan baja di salah satu struktur tidak dilas seperti rencana awal, melainkan hanya dikencangkan baut. Awalnya 14 baut, ini malah hanya 4 baut. LeMessurier pun panik dan sadar struktur akan jauh lebih lemah lagi.
![]() |
Awal mula masalah ini muncul memang dari lokasi lahan yang dipilih. Di sudut barat laut tapak, berdiri sebuah gereja bernama St. Peter's Lutheran Church, yang menolak untuk dipindahkan.
Akhirnya dibuat kesepakatan: CitiCorp akan membangun gedung baru gereja di sudut tapak, dan sebagai gantinya gedung pencakar langit bisa menggunakan hak udara (air rights) di atasnya.
Hal ini memaksa arsitek Hugh Stubbins dan insinyur struktur William LeMessurier untuk mendesain gedung tanpa kolom di sudut tersebut. Solusi mereka adalah memindahkan empat kolom utama ke tengah tiap sisi gedung sehingga beban struktur dialihkan menjauh dari sudut. Hasilnya, bagian atas bangunan tampak seolah "menggantung" di atas plaza dan gereja.
Singkat cerita, LeMessurier dihadapkan pada dilema. Ia bisa diam dan berharap tidak terjadi apa-apa, atau mengaku dan mengambil risiko reputasi serta kariernya hancur.
Akhirnya, ia memilih jujur. Ia menghubungi CitiCorp dan pihak berwenang, mengungkap cacat desain itu, lalu mengusulkan solusi: memperkuat sambungan dengan menambahkan pelat baja yang dilas.
Perbaikan pun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Tak mau buat orang New York panik, terutama penghuni gedung.
Para pekerja konstruksi melaksanakan tugas mereka di malam hari. Ribuan sambungan baja diperkuat diam-diam. Tanpa banyak sorotan media. Selama berbulan-bulan, New York hidup di bawah ancaman gedung yang bisa runtuh kapan saja, namun hanya segelintir orang yang tahu.
Peristiwa ini pun menjadi salah satu kisah rekayasa arsitektur yang terkenal. LeMessurier berani mengambil risiko reputasi buruk demi menyelamatkan ribuan nyawa warga Manhattan New York.
Siapa dua mahasiswa itu?
Baca halaman berikutnya
Siapa dua mahasiswa itu?
Dikutip dari Online Ethics org, mahasiswa itu diyakini adalah Diane Hartley dan Lee DeCarolis. Diane Hartley adalah sarjana arsitektur yang menulis thesis soal gedung CitiCorp pada 1978 di Princeton University. Sementara satu orang lagi disebut-sebut adalah Lee DeCarolis yang menghubungi LeMessurier secara langsung dan bicara soal struktur gedung itu.
Pada situs yang sama, DeCarolis bercerita kala itu dia adalah mahasiswa baru jurusan arsitek di New Jersey Institute of Technology. Dosennya, Prof Zoldos memberi tugas mahasiswa untuk membahas struktur bangunan yang tak biasa. Dia pun memutuskan untuk mengulik soal gedung CitiCorp.
"Saya mulai menulis tugas saya dari sumber artikel, majalah sampai datang langsung ke CitiCorp. Gedung itu mengerikan. Saya tak pernah melihat yang seperti itu sebelumnya," ujar DeCarolis.
Prof Zoldo pun tertarik. Dia kemudian mempertanyakan kenapa struktur kolom pada bangunan ini dibangun bukan di setiap sudut melainkan di tengah dari setiap sisi. DeCarolis selalu ingat pesan Prof Zoldo, untuk membangun sebuah gedung, yang utama adalah keselamatan.
"Saya terlalu naif dan terpukau dengan desainnya," katanya.
Akhirnya dia menghubungi sang arsitek Stubbins yang langsung mengarahkannya untuk mengontak LeMessurier. Dia sana mereka bicara soal struktur dan saling berdiskusi. DeCarolis juga sempat kaget bahwa LeMessurier sangat welcome untuk berdiskusi dengan mahasiswa baru.
Gedung itu kemudian berganti nama menjadi 601 Lexington Avenue dan masih kokoh hingga sekarang. Tak tahu bagaimana jadinya bila Hartley dan DeCarolis tak berkomentar. Juga bila LeMessurier tak mau mempertaruhkan reputasinya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini