Rumah Raden Saleh di Cikini bisa disebut sebagai istana. Rumah dua lantai tersebut memiliki 19 kamar dengan hall besar di tengah dan balkon khas Eropa di bagian atas. Uniknya, rumah seluas itu ternyata tidak ada satu pun kamar mandi yang ditemukan di dalam.
Arsitek Konservasi Rumah Raden Saleh, Arya Abieta, menjelaskan Rumah Raden Saleh dibangun pada 1852 di mana pada saat itu kamar mandi memang tidak ada yang berada di dalam rumah, melainkan di luar.
"Karena pada masa itu kamar mandi mendekati sumur, sumber air, jadi di luar rumah. Jangan kan Rumah Raden Saleh, Istana Versailles yang sekarang jadi museum di Paris juga tidak punya kamar mandi walau kamarnya ratusan," kata Arya kepada detikcom, pada Rabu (20/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arya mengungkapkan pihaknya belum mengetahui lokasi kamar mandi yang digunakan pada saat itu di mana, termasuk foto wujud kamar mandi yang dulu dipakai pun belum pernah mereka lihat.
Bukan hanya soal, Arya mengungkapkan Raden Saleh juga tidak punya alasan khusus membuat banyak kamar di rumahnya, apalagi ia hanya tinggal bersama istrinya, tanpa anak atau keluarga lain.
"Nggak ada alasan. Jadi mungkin karena istana-istana banyak kamar gitu ya. Soalnya saya terpaku dengan novel itu (Pangeran dari Timur), dia (Raden Saleh) juga bilangnya, 'kita punya banyak teman-teman asing yang bisa datang ke sini'," ungkap Arya saat ditemui di Rumah Raden Saleh, Jakarta.
Saat ini kondisi rumah Raden Saleh sudah banyak berubah. Kamar mandi sudah tersedia di dalam rumah, tepatnya di bagian belakang, lengkap dengan toilet dan cermin. Kemudian, 19 kamar masih dipertahankan, meskipun sudah kosong dan beberapa terkunci. Rumah Raden Saleh sudah mulai dikosongkan dari kegiatan rumah sakit sejak 2023. Terakhir kali digunakan sebagai tempat penyimpanan logistik perawat, dokter, dan pasien pada masa Covid-19.
![]() |
Arsitek sekaligus Adaptive Reuse Rumah Raden Saleh PGI Cikini Febe Liana mengungkapkan pada lantai pertama terdapat 8 kamar tidur yang ukurannya sama dan hall besar di tengah dengan bagian atas yang terbuka.
Pada lantai dua, terdapat 9 kamar dengan 1 kamar di paling depan berukuran lebih besar daripada kamar lainnya atau setara dua kali ruangan lain. Lalu, ada pula void dan pintu ke arah balkon di luar.
Menurut pantauan detikcom, kamar-kamar di lantai bawah tidak ada interior apa pun, hanya ada barang yang ditumpuk di pojok ruangan. Beberapa ruangan memiliki wastafel. Kondisi kamar di lantai bawah cukup baik, hanya saja tidak ada lampu yang menerangi.
Sementara itu, kamar-kamar di lantai dua berbanding terbalik. Beberapa kamar di lantai dua yang terbuka kondisinya sudah rusak terutama pada bagian plafon dan lantai. Plafonnya beberapa ada yang sudah jebol dan penuh dengan noda bocor. Kemudian bagian lantai ada yang sudah mengelupas permukaannya, tetapi untuk kerangka kayunya masih kokoh.
Rencananya Rumah Raden Saleh akan segera dipugar dan desainnya dikembalikan ke bentuk awal saat Raden Saleh menghuninya pada 1862. Meskipun tidak seluruhnya dikembalikan karena keterbatasan referensi dan material, tim Konservasi Rumah Raden Saleh yakin bisa mengembalikan kondisi karya Raden Saleh tersebut.
"Konsep kami waktu itu adalah mengembalikan rumah ini pada masa kejayaannya, jadi 1860-an lah ya," ujar Arya.
Saat ini Rumah Raden Saleh telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Peringkat Nasional, melalui keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: PM.13/PW.007/MKP/05-25 April 2005 dan Bangunan Cagar Budaya Peringkat Provinsi melalui SK Gubernur DKI Nomor 475 tahun 1995 dengan klasifikasi A.
(aqi/aqi)