Pembangunan Rumah Bisa Kena Dampak, Produksi Keramik RI Masih Tersendat

Pembangunan Rumah Bisa Kena Dampak, Produksi Keramik RI Masih Tersendat

ilham fikriansyah - detikProperti
Kamis, 14 Agu 2025 17:32 WIB
House Ceramic Floor Lifted and Broken
Ilustrasi keramik. Foto: Getty Images/Dorling Kindersley /Gary Ombler
Jakarta -

Industri keramik di Tanah Air perlahan mulai menunjukkan peningkatan dari segi kapasitas produksi. Meski begitu, jumlah produksinya masih di bawah target karena dipicu oleh sejumlah masalah.

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) merilis data terbaru soal kapasitas produksi keramik. Tingkat utilisasi produksi semester I 2025 berada di kisaran 70-71%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar 60%.

Secara volume produksi keramik pun juga mengalami peningkatan di tahun ini. ASAKI mencatat produksi keramik meningkat sekitar 62 juta m2 atau mengalami pertumbuhan sekitar 16,5%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski kinerja industri keramik nasional mulai menunjukkan tren pertumbuhan, tapi ternyata masih di bawah target ASAKI dengan tingkat utilisasi sebesar 75% untuk semester I 2025. Hal ini terjadi karena sejumlah faktor, salah satunya masalah gangguan supply gas dan surcharge gas.

"Selain itu, gangguan produk impor keramik dari India yang naik 130% di 5 bulan pertama di tahun 2025 terindikasi melakukan praktik dumping, di samping pasar Indonesia sebagai salah satu negara pengalihan pasar ekspor keramik India ke AS yang terdampak perang tarif," kata Ketua Umum ASAKI Edy Suyanto dalam keterangan tertulis, Kamis (14/8/2025).

ADVERTISEMENT

Edy berharap pemerintah dapat mencarikan solusi mengenai gangguan supply gas berupa kuota pemakaian HGBT (Harga Gas Bumi Tertentu) di barat sekitar 60% dan timur sekitar 40%. Menurutnya, kuota tersebut dapat menggerus daya saing industri keramik.

"Ini bisa diibaratkan sudah jatuh tertimpa tangga dan jangka panjangnya akan berdampak pada pengurangan tenaga kerja karena kebanyakan industri memilih untuk memproduksi sebatas kuota gas atau AGIT (Alokasi Gas Untuk Industri Tertentu)," ujarnya.

Selain itu, mulai 13-31 Agustus 2025 industri keramik yang berada di Jawa Barat hanya boleh memanfaatkan volume gas HGBT sebanyak 48%. Selebihnya akan dikenakan surcharge sebesar US$ 14,8 per MMBTU dengan alasan force majeure.

"Industri keramik semakin terdesak dengan kenaikan biaya produksi akibat kuota gas HGBT. Di sisi lain, industri juga terhimpit oleh penurunan daya beli masyarakat serta gempuran produk impor dari India dan China," pungkas Edy.

Kini, ASAKI sangat mendukung penuh rencana pemerintah untuk membuka keran impor LNG (Liquefied Natural Gas) dan penerapan DMO (Domestic Market Obligation) Gas. Sebab, industri keramik akan sulit tumbuh tanpa kelancaran gas serta tak mampu bersaing dengan harga regasifikasi LNG sebesar US$ 14,8 per MMBTU.

(ilf/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads