Wasmo, penghuni sebuah rumah kontrakan yang ambles di Bekasi, kerap resah dan tak bisa tidur nyenyak setiap turun hujan. Sebab, saat hujan deras melanda rumahnya maka banjir bisa datang hingga ketinggian 1,5 meter.
Wasmo bersama istri dan kedua anaknya menempati kontrakan 'tenggelam' yang beralamat di RT 01/RW 08, Bintara Jaya, Bekasi Barat. Saat ditemui tim detikProperti di lokasi, Wasmo mengatakan telah tinggal di kontrakan tersebut sejak 10 tahun lalu.
Wasmo bercerita kontrakan tersebut awalnya masih berdiri tegak layaknya rumah biasa, tapi memang sudah ada tanda-tanda bakal ambles. Namun, ia tak menyangka kalau dalam beberapa tahun terakhir rumah itu terus ambles. Wasmo memperkirakan rumah tersebut kini sudah ambles sedalam 1 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kira-kira (rumahnya) sudah ambles sekitar 1 meteran. Kalau dulu pas saya pertama kali ke sini rumahnya masih agak tinggi, terus bertahun-tahun akhirnya turun," kata Wasmo kepada detikcom, Rabu (6/8/2025).
Salah satu masalah besar yang sering dihadapi Wasmo dan keluarga adalah banjir. Fondasi rumah yang sudah ambles membuat air lebih mudah masuk ke dalam rumah. Di tambah lagi di sekeliling rumah tersebut tak ada saluran air, sehingga air bisa menggenang ketika hujan.
Saat turun hujan dengan intensitas kecil atau sedang, Wasmo tak merasa khawatir karena air tak banyak masuk ke dalam rumah. Namun, lain cerita jika sudah hujan deras dan berlangsung selama berjam-jam. Wasmo dan istri harus siap siaga jika suatu waktu banjir sudah tinggi agar bisa mengevakuasi kedua anaknya.
"Kalau hujan deras tuh bisa banjir hingga sepinggang (orang dewasa). Tapi kalau banjirnya nggak begitu tinggi kita masih bisa nangkring di kasur tingkat," paparnya.
"Paling parah tuh banjir sekitar 2020, pas lagi corona. Nah itu banjir paling parah karena sampai seatap rumah," jelas Wasmo.
Sedikit informasi, Wasmo membuat kasur tingkat sendiri dari kayu. Bagian atas kasur tidak digunakan untuk tidur melainkan sebagai tempat evakuasi sementara kalau rumahnya terendam banjir.
![]() |
Wasmo menyebut sang istri telah mempersiapkan sejumlah makanan, camilan, dan air minum sebelum banjir masuk ke dalam rumah. Jadi, selama rumah tergenang banjir ia dan Wasmo tak perlu repot-repot pergi ke dapur untuk mengambil makanan karena semua sudah disiapkan di kasur tingkat.
Namun kalau banjir sudah tinggi hingga lebih dari 1 meter, Wasmo langsung mengevakuasi istri dan kedua anaknya ke tempat yang lebih aman. Biasanya ia menumpang ke rumah saudaranya yang berlokasi di Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
Ketika turun hujan deras, Wasmo bahkan sampai tidak bisa tidur karena khawatir rumahnya terendam banjir. Sebab, ia trauma rumahnya pernah tiba-tiba kebanjiran saat malam ketika seluruh anggota keluarganya sedang tidur.
Kala itu, rumah Wasmo tiba-tiba terendam banjir dan tak ada yang sadar. Ketika Wasmo bangun dan melihat air sudah masuk ke rumah, ia memerintahkan istri dan kedua anaknya untuk tetap diam di tempat karena kipas angin masih menyala, padahal kabelnya sudah terendam air.
"Saya bilang 'semua diam jangan gerak!' karena saya lihat kipas masih menyala padahal colokan sudah kerendam banjir. Saya takut kita semua tersengat listrik, jadi saya matikan aliran listrik pelan-pelan, baru setelah itu saya pindahin semua ke atas (kasur tingkat)," ungkapnya.
Selain harus menghadapi banjir, Wasmo juga harus mempersiapkan sekitar lima ember ketika turun hujan. Ember ini digunakan untuk menampung air karena genteng rumahnya banyak yang bocor.
Sebenarnya Wasmo sudah berusaha untuk memperbaiki genteng yang bocor. Namun, ia juga khawatir jatuh karena rangka atap yang terbuat dari kayu sudah lapuk dimakan rayap dan faktor usia.
Wajar saja, sebab rumah tersebut dikatakan telah dibangun sejak 1980-an. Wasmo menyebut rumah itu belum dilakukan renovasi besar-besaran sejak mengalami ambles. Hanya saja si pemilik kontrakan meninggikan lantai rumah hingga 50 cm agar air tidak selalu masuk ke rumah meski hujan hanya sebentar.
Rumah kontrakan dengan harga sewa Rp 200.000 per bulan menjadi alasan Wasmo dan keluarga enggan pindah, meski sudah puluhan kali terendam banjir. Sebab, profesi Wasmo yang hanya seorang kuli bangunan harian membuatnya tak bisa memperoleh gaji tetap setiap bulan.
"Saya tetap bersyukur dan menikmati kondisinya kayak begini, namanya rezeki kita nggak ada yang tahu kapan datangnya. Ketika banjir sudah datang, ya sudah kita pasrah aja dan sabar," pungkas Wasmo.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(ilf/zlf)