Sewa rumah merupakan opsi bagi orang-orang yang belum siap untuk membeli rumah. Permintaan akan rumah sewa pun cukup tinggi di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), sehingga harga sewa menunjukkan tren peningkatan.
CEO dan Founder Pinhome Dayu Dara menyebutkan harga jual rumah tapak tipe 55-120 mengalami tren pertumbuhan 3-5 persen. Namun, kenaikan harga sewa lebih tinggi, yaitu 6-10 persen. Ia mencontohkan untuk sewa rumah di Kabupaten Bekasi tumbuh 6 persen dan Jakarta Timur 10 persen.
Data tersebut berdasarkan Pinhome Home Value Index untuk kuartal 1 2025. Paparan itu disampaikan Dara dalam Media Talk Show bertema 'Tren dan Strategi Properti Kelas Menengah Atas: Relevansi di Masa Ketidakpastian'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada beberapa alasan, yang pertama peningkatan demand atau permintaan untuk rumah tapak di segmen ini. Yang kedua disambut dengan berarti mungkin penambahan suplai mungkin dari rumah yang awalnya tidak disewakan jadi disewakan," kata Dara di Muamalat Tower, Jl. Prof. DR. Satrio, Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (18/6/2025).
Menurutnya, kenaikan suplai rumah sewa membuat harganya meningkat karena range harga jauh lebih jauh dari range harga kuartal 1 pada tahun sebelumnya.
Dara menjelaskan alasan ketiga harga sewa cukup tinggi adalah pengembang properti sedang gencar membangun rumah. Properti tersebut dibeli oleh investor, lalu disewakan. Sementara bagi yang sudah menyewakan rumah pun menaikkan harga seiring meningkatnya inflasi.
Selain itu, harga sewa rumah tipe 151-200 cenderung stabil dengan kenaikan 7-9 persen untuk area Jakarta Timur dan Bogor. Dara mengatakan rumah tipe ini biasanya memiliki 3-4 kamar tidur dan carport untuk dua mobil, sehingga biasanya dicari oleh keluarga dengan dua anak.
Selanjutnya, ia menyebut segmen rumah mewah tipe 201 ke atas mengalami kenaikan yang tinggi sekali. Hal ini berarti ada permintaan yang tinggi.
Dalam paparannya, harga sewa rumah di Kota Bekasi mengalami kenaikan 15 persen. Menurutnya, rumah di kawasan industri ini disewakan oleh jajaran manajemen ke atas.
"Mereka harus mencari alternatif sewa dulu, sebelum mereka menetap atau beli, sedangkan mereka butuh berpikir lokasi yang paling tepat di mana, tapi untuk sementara ini menyewa," ucapnya.
Untuk Kota Bogor ada kenaikan harga sewa sebesar 12 persen. Hal ini didorong oleh para pengembang yang gencar membangun hunian. Lalu, terdapat rencana pengembangan transportasi massal. Faktor-faktor tersebut membuat pemilik properti merasa kawasan tersebut semakin diminati, sehingga memutuskan untuk menaikkan harga sewa.
Di sisi lain, harga sewa di luar Jabodetabek cukup bervariasi. Pemilik properti dengan luas 200 meter persegi ke atas di Kabupaten Bandung lebih agresif dalam menurunkan harga. Kondisi ini juga terjadi di Semarang untuk rumah dengan luas di atas 121 meter persegi. Dara menilai penurunan tersebut akibat perlambatan ekonomi.
"Kalau di Malang, ada kenaikan di tipe 55-120 untuk harga sewanya, itu didominasi oleh keluarga atau orang yang mungkin menyewa karena mereka itu pelajar atau keluarga belajar di sana," jelasnya.
Lebih lanjut, rumah sewa di Denpasar mengalami kenaikan harga di setiap tipe rumah berkisar 5-8 persen. Menurut Dara, kenaikan tersebut karena ada pengembangan transportasi dan infrastruktur. Lalu, sewa vila jangka pendek juga dianggap menarik untuk sektor pariwisata maupun pekerja digital.
"Kalau sewa sedang bagus seperti ini, biasanya pemilik properti, mereka berlomba-lomba untuk menggelontorkan produknya ke market, sehingga lebih banyak opsi sewa. Nah, kalau lebih banyak opsi sewa, nanti harganya akan juga turun, sehingga bagus bagi penjual properti," tuturnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/dhw)