Pernah dengar soal mitos yang jika menyapu rumah tidak bersih maka bisa dapat suami yang brewokan? Mitos tersebut sering diingatkan oleh orang tua terutama kepada anak-anak perempuannya. Apakah hal itu benar?

Di Indonesia, mitos berfungsi untuk mengungkapkan kenyataan yang tidak rasional atau tidak masuk akal. Mitos berkaitan dengan hal-hal gaib yang masih dipercayai dan bahkan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mitos yang sudah sangat dipercaya disebut gugon tuhon.

Menurut jurnal akademik yang berjudul "Konstruksi Peran Gender dalam Produksi dan Konsumsi Mana Gugon Tuhon" yang ditulis oleh Ella Nazerinatul Fauziyah dan Rias Antho Suharjo, gugon tuhon merupakan ajaran turun-temurun oleh orang tua kepada anak yang tujuannya mengajarkan etika. Gugon tuhon kemudian menjadi bagian dari kesadaran semu dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Gugon tuhon biasanya mengandung kata-kata seperti aja yang artinya jangan dan ora ilok yang artinya tidak pantas dalam bahasa Jawa.

Salah satu gugon tuhon yang dipercaya turun-temurun adalah "yen nyapu ora resik, besuk bojone mundhak ala" atau artinya "jika membersihkan rumah tidak bersih, maka suaminya jelek". Mitos ini juga serupa seperti "jika menyapu tidak bersih, maka dapat suami brewokan".

Makna dari gugon tuhon tersebut adalah bagi para orang tua, semua pekerjaan itu harus selalu dilakukan dengan sempurna, termasuk dalam hal menyapu (membersihkan rumah). Oleh karena itu, jika menyapu tidak bersih maka nantinya akan kerja dua kali karena masih ada kotoran dan debu yang tersisa.

Orang tua juga menganggap bahwa jika rumah tidak bersih, bisa tidak enak jika dilihat orang lain karena masih kotor. Tidak hanya dalam hal bersih-bersih, ketika melakukan pekerjaan lain juga pasti kurang sempurna karena sudah terbiasa membersihkan sesuatu tidak maksimal.

Oleh karena itu, gugon tuhon anggapan menyapu tidak bersih maka dapat suami brewok atau jelek adalah upaya memberikan anjuran sekaligus larangan untuk membersihkan rumah secara menyeluruh, total, dan sungguh-sungguh.