Pembangunan sentra kuliner dan pusat-pusat gaya hidup memberikan nilai tambah pada berkembangnya sebuah kawasan komersial. Tidak hanya di Jakarta, Pembangunan tempat-tempat seperti ini juga marak di daerah sub urban atau daerah sekitar Jakarta, misalnya saja di Serpong, Tangerang.
Hal ini tidak lepas dari perkembangan kawasan barat Jakarta dimana banyak terdapat pemukiman premium skala kota. Tidak hanya itu, permukiman premium ini juga umumnya berkonsep township atau kota mandiri dengan fasilitas lengkap.
"Gading Serpong memiliki sejarah yang menarik. Kawasan ini bermula dari Kebun Karet hingga menjelma menjadi salah satu kawasan ikonik yang dekat dengan Jakarta," jelas Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Yoga dalam acara diskusi Tantangan dan Peluang Pengembangan Kawasan Terintegrasi City within a City, beberapa waktu lalu di Tangerang, Banten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga saat ini, transformasi kawasan ini masih berlangsung, dari yang dulunya dipenuhi pohon karet dan pinus hingga menjadi area residensial, bisnis dan pusat kuliner.
Kawasan Eastvara yang diresmikan Juni tahun lalu di Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, yang terkoneksi dengan Gading Serpong, Tangerang, didominasi oleh area komersial, dan perkantoran, kafe hingga pusat perbelanjaan.
Pembangunan pusat-pusat gaya hidup ini, yang biasanya diikuti oleh promosi di media sosial, mengundang para penikmat kuliner untuk datang dan merasakan berbagai menu yang ditawarkan. Dengan penataan kota yang modern dan rapi, setiap sudutnya tampil estetik, seperti deretan ruko 'Singapore Street' vibe.
Saat ini, pembangunan Manhattan District juga sedang dilakukan. Di dalam komplek komersial seluas 22 hektar ini akan dibangun mal konsep terbuka (open air mall) Hampton Square. Berseberangan dengan gedung Multimedia Nusantara School jenjang, Hamptopn Square ditargetkan beroperasi pada Juni tahun ini.
Selain komitmen untuk terus menghadirkan berbagai fasilitas seiring kebutuhan kawasan dan gaya hidup penghuni, adanya spot-spot hangout dan wisata kuliner terbaru di kawasan sub urban merupakan bagian dari respons sejumlah pengembang terhadap tren dan budaya nongkrong Masyarakat Indonesia.
"Saat ini kita masuk dalam dua sindrom, Kepo dan Fomo, yaitu rasa pengen tahu banget dan rasa ketakutan akan ketertinggalan. Ini wajar karena manusia memiliki sifat penasaran. Dari situ, tim ritel, proyek, desainer dan business development kami bersatu padu menciptakan produk properti yang unusual supaya membuat orang penasaran ramai-ramai datang," ujar Direktur Estate Manajemen Paramount Land Oktavianus Eko, salah satu perusahaan pengembang Kota Gading Serpong.
Eko menjelaskan, dari semua sektor, pusat kuliner menjadi destinasi favorit masyarakat. Menurutnya ada tiga sektor bisnis yang dapat menghidupkan sebuah kawasan perkotaan yaitu food and beverage, sekolah dan kesehatan. Peran sektor kuliner diperkirakan mencapai 50% dalam meramaikan kawasan komersial tersebut.
(zlf/zlf)