.webp)
Sederet bangunan di daerah Tambun Selatan, Bekasi digusur oleh juru sita Pengadilan Negeri Cikarang pada Kamis (30/1/2025) lalu. Bangunan tersebut berdiri di atas lahan sengketa yang dimenangkan oleh penggugat Hj. Mimi Jamilah.
Salah satu bangunan yang terkena penggusuran adalah sebuah ruko penjual kitchen set dan furniture rumah. Lokasinya berada persis di sebelah perumahan Cluster Setia Mekar Residence 2 yang viral di media sosial.
Slamet, pemilik ruko tersebut mengaku tak bisa menahan tangis saat menyaksikan tempat usahanya selama hampir 7 tahun belakangan ini rata dengan tanah. Ia teringat kenangan bersama orang tuanya karena ruko tersebut sempat menjadi tempat tinggal juga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi waktu itu, sebelum jadi ruko juga, orang tua saya tinggal di sini. Kita ngurusin, kita senengin di situ. Susah senangnya itu karena rumah orang tua. Untung orang tua (sekarang) udah punya tempat yang enak," kata Slamet kepada detikProperti saat ditemui di Bekasi ketika sedang mengambil sisa reruntuhan bangunan rukonya, Selasa (4/2/2025).
Slamet menyayangkan langkah pengadilan yang menggusur bangunan dengan cara dihancurkan. Ia berfikir seharusnya mereka berhak membongkar bangunannya sendiri sehingga bisa menyelamatkan material bangunan yang masih bisa terpakai.
"Cuma yang jadi masalah saya, kenapa nggak bisa kita buka (bongkar) sendiri gitu aja," ujarnya.
Ia telah memulai bisnis furniture ini sejak tahun 90-an. Dari awalnya tidak punya modal, mendapat modal dari orang lain, punya toko sendiri, hingga bisa membangun ruko seluas 285 meter persegi.
Slamet menuturkan selama masih beroperasi pemasukannya tidak tetap, tetapi jika sedang ramai bisa mencapai Rp 10 juta per bulannya. Imbas dari penggusuran ini ditaksir kerugiannya mencapai sekitar Rp 100 juta.
"Lumayan. Kalau dari material-material yang dibangun kita mungkin bisa (kerugian) sampai 100 juta," imbunya.
Lahan tempat rukonya berdiri merupakan tanah milik saudara dekatnya. Ia menyewa tanah tersebut pada 2017 dengan biaya sewa Rp 25 juta per tahun. Lahan tersebut telah menjadi miliki saudaranya sejak 1996.
Slamet bercerita, kabar mengenai penggusuran pertama kali diterima oleh saudaranya selaku pemilik lahan. Penggusuran tersebut dijadwalkan terjadi pada 20 Januari 2025. Kemudian, ia diberitahu untuk mulai memindahkan barang.
Ia mengaku sempat ditawari oleh pihak pemilik lahan untuk membayar Rp 2,5 juta apabila bangunannya tidak mau digusur. Namun, karena status Slamet hanya penyewa, ia tak memiliki kuasa untuk itu.
"Tanggal 20 Januari kita juga santai-santai aja nyambi. Sebenarnya sih ada ini juga, kita ditawarkan juga, kalau mau dibeli silakan. Waktu pertama yang saya tahu itu Rp 4 juta. Terus kita menawar sampai Rp 2,5 juta kalau nggak salah," ungkap Slamet.
Hari eksekusi berlangsung pada Kamis (30/1/2025). Ekskavator datang dan menghancurkan bangunan rukonya. Saat ini, di atas lahan bekas rukonya sudah terpasang plang tanda kepemilikan atas nama Hj. Mimi Jamilah.
"Tanah ini milik Hj. Mimi Jamilah seluas 36.030 m2 berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (Incracht Van Gewisje): Putusan nomor 128/PDT.G/1996/PN.BKS," tulis plang kepemilikan lahan yang dipasang pada hari penggusuran.
Saat ini, barang-barang di rukonya sudah dipindahkan ke rumahnya dan beberapa ada yang di rumah saudaranya. Ia akan menyewa ruko baru agar bisa cepat-cepat membuka workshop lagi.
(aqi/aqi)
