Harga apartemen strata title di Jakarta mengalami kenaikan harga. Naiknya harga apartemen membuat pengembang memutar otak agar unit-unitnya bisa tetap terjual.
Dari hasil riset Colliers yang berjudul Residential Services Forecast Report Oktober 2024, dilaporkan bahwa rata-rata harga apartemen di Jakarta yang ditawarkan penjual menyentuh angka Rp 35,7 juta per meter persegi atau naik 0,1% quarter to quarter (QOQ) dan 0,4% year on year (YOY).
Rinciannya, di kawasan CBD harga apartemen nya sekitar Rp 52,8 juta per meter persegi, lalu di Jakarta Selatan sekitar Rp 40,4 juta per meter persegi. Sementara itu, di area non-prime atau bukan daerah utama harga penawarannya sekitar Rp 27,1 juta per meter persegi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar unit-unit apartemen tetap laku terjual, pengembang melakukan sejumlah penawaran menarik. Beberapa di antaranya yaitu menawarkan voucher free furnishing atau melengkapi perabotan gratis, diskon tambahan, mengurangi biaya booking, mengadakan pameran, ditambah dengan adanya insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah.
Dalam laporan tersebut, Colliers juga mengatakan bahwa Apartemen di Jakarta cukup menjanjikan apalagi dengan adanya peningkatan pasokan. Meski penjualan cukup lambat, namun pembelinya didominasi end user atau orang yang akan menghuni apartemen tersebut sehingga lebih berkelanjutan untuk jangka panjang.
"Kombinasi insentif PPN yang diperpanjang dan suku bunga yang relatif rendah diharapkan berdampak positif pada pasar apartemen, dengan dampak yang kemungkinan akan lebih nyata pada akhir 2024 dan awal 2025. Hal ini didorong oleh permintaan end user yang kuat, terutama untuk proyek-proyek yang sudah ada," tulis laporan tersebut.
Jumlah end user (51%) yang membeli apartemen strata title juga lebih banyak dibandingkan investor (49%). Hal ini jauh berbeda dibandingkan saat sebelum terjadi pandemi COVID-19 yaitu end user lebih sedikit (32%) dibandingkan dengan investor (68%).
Sementara itu, untuk metode pembayaran yang paling banyak digunakan adalah KPA atau kredit pemilikan apartemen (43%), cash keras (30%), dan cash bertahap atau cash installment (27%). Sementara itu, saat sebelum pandemi COVID-19, metode cash bertahap atau cash installment lebih banyak digunakan (50%), disusul dengan KPA (33%), dan cash keras (17%).
(abr/zlf)