Donald Trump kembali menjadi Presiden Amerika Serikat dalam pemilu kemarin setelah mengalahkan Kamala Harris. Trump kini menjadi Presiden ke 47 Amerika Serikat.
Sebagai pemimpin negara adidaya yang diisi banyak imigran, Trump punya program untuk melakukan deportasi yang masif bagi para imigran gelap. Trump yakin, dengan cara ini, harga rumah di Amerika Serikat yang tadinya mahal akan berangsur murah.
Dilansir New York Post, Trump bersama pasangannya, JD Vance berulang kali menyebut bahwa imigran gelap bertanggung jawab atas krisis harga rumah di AS. Musababnya, ada kompetisi antara imigran dengan penduduk asli dalam memiliki rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump kemudian berjanji untuk mengusung operasi deportasi yang terbesar dalam sejarah Amerika Serikat dan menganggap ini akan merelaksasi harga rumah dengan mengurangi permintaan.
Pada faktanya, bukti bahwa imigran adalah faktor utama tingginya harga rumah itu beragam. Sementara ada juga alasan untuk percaya bahwa imigrasi yang tinggi bisa mendorong harga sewa rumah lokal di perkotaan. Sementara Kenaikan harga rumah pasca pandemi dimulai justru sebelum tingkat imigrasi melonjak.
Ekonom Realtor Ralph McLaughlin mengatakan, justru langkah yang akan dilakukan Trump ini akan berdampak besar dan negatif terhadap pasar perumahan AS baik jangka panjang atau pendek.
"Pada jangka pendek, mengurangi imigran bisa berdampak pada pasokan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembangunan rumah baru., Pasalnya, sepertiga pekerja konstruksi rumah diisi oleh orang asing," katanya.
McLaughlin menambahkan bahwa, dalam jangka panjang, pembatasan imigrasi yang ekstrem dapat menimbulkan dampak luas terhadap ekonomi.
Dikutip dari CNBC, ada berbagai statistik yang ditawarkan tentang populasi imigran tidak berdokumen di Amerika Serikat. Center for American Progress yang condong ke kiri memperkirakan jumlahnya sekitar 11,3 juta, dengan 7 juta di antaranya bekerja. American Immigration Council, sebuah kelompok advokasi yang mendukung perluasan imigrasi, mengutip data dari American Community Survey, juga memperkirakan jumlah orang tidak berdokumen di Amerika Serikat sekitar 11 juta. Pew Research Center yang non-partisan memperkirakan jumlahnya mendekati 8 juta orang.
"Ada jutaan, banyak sekali jutaan orang yang tidak berdokumen yang bekerja di bidang perdagangan. Kami tidak memiliki orang Amerika untuk melakukan pekerjaan itu," kata Chad Prinkey, CEO Well Built Construction Consulting, yang bekerja dengan perusahaan konstruksi.
"Kami membutuhkan para pekerja ini; yang kami semua inginkan adalah mereka memiliki dokumen. Kami ingin tahu siapa mereka, di mana mereka berada, dan memastikan mereka membayar pajak; kami tidak ingin mereka pergi." tambahnya.
(zlf/zlf)