Calon Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil ingin membenahi masalah permukiman dan keterbatasan lahan di Jakarta. Ia menilai pembangunan rumah seharusnya tidak dibatasi hanya sampai 2-3 lantai, melainkan dibangun setinggi-tingginya.
Hal ini disampaikan dalam acara Rakerda REI DKI Jakarta 2024: Jakarta menuju Kota Global Berkelanjutan; Tantangan dan Peluang untuk Sektor Realestat di Rasuna Said, Jakarta.
"Kata siapa, rumah tinggal maksimal hanya 2-3 lantai? Udah nanti, kalau dengan ideologi saya, pun tanah susah, dibatasi yang namanya definisi rumah. Kita tinggiin aja, setinggi-tingginya, supaya supply hunian, kan backlognya 1,3 juta, nggak bisa semuanya disupply dengan proyek baru di tanah baru. Di proyek lama silahkan direnovasi," kata politisi Golkar pada Kamis (7/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan hanya untuk rumah tapak yang boleh ditinggikan, bangunan layanan publik seperti stasiun kereta api yang masih terdiri dari 1 lantai juga akan ditinggikan. Bagian bawah stasiun kereta api, lalu bagian atasnya adalah hunian.
"Stasiun Tanah Abang. Cuma satu lantai. Ke atas lihat langit. Di London, di Tokyo, di Hongkong, tempat saya tinggal, nggak ada namanya terminal lihat ke langit. Yang ada dia di basement. Atasnya hunian. Hongkong harus dicontoh. Kecil, padat, tapi nyaman," paparnya.
Konsep hunian dekat dengan transportasi massal ini juga disebut pula dengan TOD (Transit Oriented Development). Ia ingin konsep hunian TOD di Jakarta bisa mencontoh apa yang terjadi di Jepang yakni properti menjadi penyumbang terbesar pemasukan perusahaan kereta api.
"Contoh lain, Japan Rail, di Tokyo. Itu duitnya bukan dari tiket, Pak. Duitnya itu dari properti di TOD-nya. Jadi 70 persen income dari perusahaan kereta, yang artinya Jepang bukan dari revenue tiket ridership. Lah di kita, Manggarai, masih satu lantai. Tanah Abang, masih satu lantai," ujarnya.
Untuk dana pembangunannya sendiri untuk konsep hunian high rise ini, Ridwan Kamil akan berkoordinasi dengan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman.
"Nah ini pentingnya kalau versinya dengan gubernur satu koalisi, kan ngobrolnya gampang. Dan saya ngobrol ke Bang Ara (Menteri PKP). Bang Ara kan udah dikoalisi kami. Ini tinggal WA-WA, Pak Menteri, ketemuan yuk," ungkapnya.
(aqi/zlf)