Film Home Sweet Loan tengah diperbincangkan banyak orang lantaran ceritanya yang bisa dibilang sangat relatable oleh masyarakat ibu kota, yaitu sulitnya membeli rumah bagi generasi sandwich.
Kaluna, sang tokoh utama film tersebut, harus berjuang menabung dari gaji pokok yang diterimanya dan juga pekerjaan sampingan menjadi model untuk menggapai mimpinya memiliki rumah sendiri. Selain menggapai mimpinya, pundi-pundi uang hasil kerja kerasnya juga digunakan untuk menunjang kehidupan keluarganya.
Di sela-sela waktunya bekerja dan mengurus pekerjaan rumah, Kaluna dibantu oleh sahabat-sahabatnya, menyempatkan untuk berkeliling mencari rumah idaman untuk dihuninya kelak. Ada kejadian lucu dan mengundang tanda tanya kala Kaluna dan teman-temannya melakukan survei rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya, ketika mereka mengunjungi rumah dengan harga terjangkau di pinggiran ibu kota yang ternyata bekas tempat mutilasi seseorang. Mereka pun lantas kabur setelah mendengar kabar tersebut.
Ada juga ketika mereka mengunjungi rumah 2 lantai yang bisa dibilang cukup bagus, namun ternyata di sampingnya ada tempat pemakaman alias kuburan. Tanpa ba-bi-bu mereka langsung pergi dari lokasi.
Kenapa ya rumah bekas tragedi maupun dekat kuburan susah dijual? Pernyataan ini mungkin bercokol di benak detikers.
Ada banyak faktor yang menjadi alasan sulitnya rumah bekas suatu tragedi untuk terjual dan berakhir menjadi bangunan yang tidak ditempati. Salah satunya adalah indikator keamanan dan kenyamanan yang ada di lingkungan rumah tersebut.
"Kalau misalkan sebelum di rumah itu pernah terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, ini kan indikator. Kok bisa terjadi seperti itu, apakah keamanannya buruk atau apakah lingkungannya buruk, gitu ya," kata Dayu Dara Permata, Founder & CEO Pinhome, dalam acara Konferensi Pers Peluncuran Laporan Langkah Generasi Sandwich Menuju Kepemilikan Rumah, di Jakarta, Selasa (8/10/2024).
Ia juga mengatakan struktur rumah juga menjadi faktor kekhawatiran dan ketakutan saat nantinya mereka menempati rumah tersebut.
"Sesuatu tentang struktur rumahnya, kan seseorang yang akan menghuni menjadi memiliki ketakutan berlebih di sana," tambahnya.
Dara juga mengomentari permasalahan rumah yang berada dekat pemakaman susah terjual. Menurutnya hal itu lebih kepada permasalahan air tanah. Meskipun saat ini PDAM sudah ekspansif tetapi biasanya orang akan tetap memakai air sumur sebagai tambahan.
"Kualitas air, karena meskipun PDAM itu sudah cukup ekspansif ya, artinya ada di mana-mana. Tapi orang Indonesia tidak akan nyaman kalau belum punya sumur sendiri dan ketakutan mereka adalah ketika sumurnya dangkal dan dekat sekali dengan fasum (fasilitas umum) seperti pemakaman," ujarnya.
Keduanya juga memiliki faktor yang sama, yaitu akan sulit untuk dijual kembali nantinya. Hal ini menjadi alasan kuat kenapa rumah bekas suatu tragedi dan rumah dekat pemakaman jarang diminati dan susah terjual.
"Mereka akan mengalami tantangan yang sama. Mereka takut menjadi tidak likuid, atau tidak bisa dijual ketika mereka butuh jual karena mungkin sudah tidak memadai atau ada kekurangan," katanya.
(abr/dna)