Pengembang biasanya akan menyampaikan klaim soal keunggulan perumahannya ketika memasarkan produk. Namun, terkadang janji yang disampaikan tidak selalu sesuai dengan realita.
Hal ini sempat dialami seorang warga di salah satu perumahan di Pamulang, Tangerang Selatan, Alfons yang baru menempati rumahnya pada Februari 2024 lalu. Ia mengaku pernah melihat iklan melalui media sosial dan brosur yang mengaku fasilitas umum dekat, bahkan bisa ditempuh dalam waktu yang cukup singkat.
Menurutnya, pengembang memberikan janji-janji manis ketika memasarkan rumah kepadanya. Akan tetapi, ia baru tahu kenyataannya setelah beli rumah. Ternyata realita tidak sesuai ekspektasinya dari janji pengembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Transportasi umum dekat itu ada juga janji mereka. Dia bahkan sampai ngasih waktunya, 5 menit misalnya. Janji itu kalau nggak salah 10 menit sampai TransJakarta, ke stasiun itu hanya 20 menit. Realitanya nggak gitu sebenarnya," ujar Alfons kepada detikProperti, Selasa (17/9/2024).
Ia pun memutuskan untuk membeli rumah pada November 2023 lalu dengan alasan kawasan Pamulang masih lebih terjangkau harganya dan jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kerja dibandingkan kawasan sekitar Jakarta lainnya. Setelah membeli, ia pun mencoba membuktikan perkataan pemasar perumahan.
"Saya pernah nyoba iseng benar nggak sih marketing ngomongnya gimana, terus saya hitung. Dan ternyata kalau ke halte TransJakarta itu makan waktu 15-30 menit. Kalau paling macet 30 menit, tapi kalau normal 15 menit. Jadi ada selisih 5 menit dari janji mereka," jelasnya.
Sementara untuk menuju akses stasiun, perjalanannya semakin jauh. Dari janji pengembang yang hanya memakan waktu sekitar 20 menit, ternyata bisa sampai 30-40 menit tergantung kondisi lalu lintas.
Dengan waktu tempuh yang cukup lama itu, ia membandingkan dengan berkendara dengan kendaraan pribadi. Menurutnya, waktu 40 menit sudah bisa sampai ke kantor sang istri dengan kendaraan pribadi.
"(Sehari-hari) Naik motor, kadang-kadang naik mobil. Nggak pernah ngejar transportasi umum karena aksesnya susah. Kita harus lanjut. Maksudnya, kalau mau ke kaya halte TransJakarta (sebelumnya) harus lanjut (mengendarai) motor dan lumayan effort untuk ke sana (halte). Dan stasiun juga jauh banget," katanya.
Di sisi lain, menurutnya akses ke tol cukup dekat karena hanya memakan waktu 15 menit. Namun, harga tol yang terlalu mahal membuatnya menghindari menggunakan tol.
Alfons merasa beberapa klaim soal aksesibilitas perumahan tidak sesuai ekspektasi karena tidak sesuai janji di awal membeli rumah. Menurutnya, pemasar perumahan hanya memperhitungkan waktu ketika jalanan sangat lowong.
"(Ekspektasi aksesibilitas) Nggak (sesuai) karena nggak sesuai yang mereka janjikan waktunya karena ternyata lebih lama dari itu. Nggak tahu, kayaknya mereka ngitungnya pas liburan, pas hari Minggu. Benar kalau pas hari Minggu sih gitu, cuman kan harusnya ngitung pas rush hour," ucapnya.
Selain dekat akses, pengembang pernah memasarkan perumahan dengan menjanjikan infrastruktur yang belum dibangun, seperti akan adanya Stasiun MRT. Padahal, hal itu merupakan rencana yang bahkan belum diumumkan oleh pemerintah.
"Saya pernah lihat brosurnya dekat dari stasiun, dekat dari TransJakarta, dan akan ada MRT. Mereka juga saya yakin nggak tahu kapan akan ada itu, tapi yaudah untuk tambah promosi juga," imbuhnya.
Namun, hingga kini belum ada kepastian soal MRT. Ia pun berharap wacana MRT itu bisa terealisasikan karena memang dapat menambah alternatif dan memudahkannya pergi ke tempat kerja.
Terpisah, warga lain yang juga tinggal di perumahan tersebut sejak Februari 2024 lalu, Endang merasa aksesibilitas perumahan ke beberapa fasilitas umum kurang sesuai ekspektasinya.
Ia menyebut pengembang menjanjikan fasilitas yang dekat mulai dari sekolah, kampus, hingga transportasi umum. Namun, untuk bisa mencapai sejumlah fasilitas umum ternyata memakan waktu yang cukup lama.
"Kereta katanya dekat, cuman jauh ternyata kalau stasiun yang di Sudimara sana soalnya 30 menitan baru sampai. Kalau nggak salah 15 menit (janji) di awal. Kalau kampus memang dekat, rumah sakit dekat 10 menit," ungkap Endang.
Ia pun lebih memilih pakai kendaraan pribadi untuk ke kantor karena lebih terjangkau dan efisien waktu. Meskipun gerbang tol cukup dekat perumahan, tetapi lalu lintas yang macet di Pamulang membuat perjalanan lebih lama.
"Tolnya sih dekat, cuman kendalanya memang di mana-mana sih macet. Kalau tolnya kan di sana gerbang tolnya, cuman kendalanya macet banget, nyampai sana bisa macet banget," katanya.
Endang mengatakan kemacetan yang biasa dihadapinya saat menuju tol dan di sekitar sekitar Bundaran UNPAM. Menurutnya aksesibilitas perumahan kurang sesuai ekspektasinya karena adanya kemacetan.
"Nggak sesuai karena yang pertama macet, jadi memang jalannya agak sempit. Dan yang pertama jalan utama sini cepat diperbaiki, ternyata nggak diperbaiki juga," pungkasnya.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/dna)