.webp)
Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan hijrah secara sembunyi-sembunyi ke Madinah agar tidak diketahui oleh kafir Quraisy. Rasulullah SAW mempunyai rumah dan membangun masjid di Madinah.
Dikutip dari detikHikmah, Senin (16/9/2024), Rasulullah SAW tidak sendirian, perjalanannya ditemani oleh seorang sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq. Setibanya di Madinah, Nabi Muhammad SAW mendapat sambutan suka cita dari penduduk. Bahkan para penduduk saling berebut menawarkan tempat tinggal untuk beliau.
Setiap kali unta Rasulullah SAW bernama Qashwa melewati rumah kaum Anshar, penghuninya selalu memegang tali kekangnya seraya berkata, "Mari singgah di rumah kami, wahai Rasulullah, sudah dipersiapkan dan sudah disiapkan, juga ada perlindungan dan kekuatan."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasulullah SAW hanya bersabda kepada mereka, "Biarkan unta itu berjalan, sesungguhnya ia sudah diperintahkan," sebagaimana dikutip dari buku Negeri Iman, Orang beriman dan Kemenangan yang Nyata karya Hamid Ahmad Ath-Thahir.
Meski banyak ditawarkan tempat tinggal, Rasulullah SAW selalu memberi jawaban yang sama. Lantas, rumah siapa yang pertama kali menjadi tempat tinggal Nabi SAW?
Dikisahkan dalam buku Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, unta milik Rasulullah SAW terus berjalan menyusuri jalan-jalan di Madinah.Saat tiba di perkampungan Bani Malik bin Najjar, unta tersebut menderum di sebuah tempat pengeringan kurma.
Pemiliknya adalah dua anak yatim dari Bani Najjar yang berada dalam pengasuhan Mu'adz bin Afra, yaitu bernama Sahal dan Suhail bin Amru. Namun, tak lama kemudian unta Rasulullah SAW menderum sehingga beliau tidak turun dari punggungnya.
Unta tersebut tetap berjalan tapi tak jauh dari tempat semula. Beliau pun masih membiarkan tali kekangnya dan tidak membelokkannya hingga akhirnya unta berhenti dan berlutut di depan rumah milik Abu Ayyub al Anshari. Rumah ini kemudian dikenal sebagai tempat tinggal pertama Rasulullah SAW di Madinah.
Ketika tinggal di rumah Abu Ayyub, Rasulullah SAW bertanya tentang tempat pengeringan kurma sebelumnya, "Milik siapakah itu?"
Mu'adz bin Afra menjawab, "Wahai Rasulullah, tempat itu milik Sahal dan Suhail bin Amru. Keduanya anak yatim yang berada dalam pengasuhanku. Aku akan meminta kepada keduanya untuk merelakannya agar engkau bisa menggunakannya sebagai lokasi masjid."
Abul Hasan al-Ali Hasan an-Nadwi dalam bukunya Sirah Nabawiyah turut menceritakan bahwa kala itu Rasulullah SAW memanggil kedua anak yatim tersebut. Beliau menanyakan harga tempat karena akan dibelinya dan menjadikannya sebagai masjid.
Kedua anak yatim itu berkata, "Justru kami telah menghibahkannya untukmu, wahai Rasulullah."
Rasulullah SAW menolak untuk menerima sebagai hibah mereka dan tetap memutuskan untuk membelinya lalu membangun masjid. Selama masa pembangunan, Nabi Muhammad SAW tetap tinggal di rumah milik Abu Ayyub selama tujuh bulan.
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW membeli tanah tempat pengeringan kurma tersebut seharga 10 dinar emas. Beliau membayarnya dari harta milik Abu Bakar.
Rasulullah SAW membangun masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Nabawi di tanah tersebut. Kemudian, sebagian tanahnya dibangun rumah pertama milik Nabi SAW serta membangun bilik untuk istri-istrinya di samping masjid.
Artikel ini sudah tayang di detikHikmah.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(dhw/dna)
