Rumah seken menjadi salah satu opsi untuk bisa memiliki hunian. Jika sudah banyak permintaan akan rumah seken, tentunya harga pasarannya bisa meningkat. Hal ini seperti yang terjadi di Surakarta atau Solo, Jawa Tengah.
Dalam laporan Rumah123 Flash Report edisi Agustus 2024, 11 dari 13 kota dalam Indeks Harga Rumah Seken mengalami kenaikan harga bulanan rumah seken. Solo menjadi wilayah dengan kenaikan harga bulanan rumah seken tertinggi di Indonesia, yaitu 6,3%. Sementara itu, secara tahunan kenaikan harga rumah seken dipegang oleh Denpasar yaitu 19,8%.
"Sejak bulan Agustus 2023 lalu, kami melihat Surakarta atau Solo mencatatkan pertumbuhan harga tahunan yang cukup konsisten hampir di setiap bulannya. Pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada bulan November 2023 lalu, yakni sebesar 8,3% year-on-year (yoy). Harga rumah di Solo meski mengalami fluktuasi setiap bulannya, secara umum menunjukkan tren yang meningkat sejak awal tahun 2023 lalu," kata Head of Research Rumah123, Marisa Jaya dalam keterangannya, dikutip Senin (26/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi permintaan (enquiries), Solo sempat mengalami penurunan permintaan yang signifikan pada periode Februari-Maret 2023. Permintaan rumah yang dijual turun 37,9% di bulan Februari 2023 dan permintaan rumah yang disewa turun 38,4% pada Maret 2023.
Walau demikian, memasuki tahun 2024, permintaan rumah yang dijual naik 61% secara tahunan, dibandingkan Februari 2023, dan rumah yang disewa naik 36,5% dibandingkan Maret 2023. Jika disimpulkan, tren ini mengindikasikan permintaan rumah yang dijual dan disewa di Solo secara umum bergerak naik meski terbilang fluktuatif.
Sepanjang periode Januari-Juli 2024, area paling populer dalam permintaan rumah seken di Solo adalah Banjarsari (35,2%), Jebres (30,4%) dan Laweyan (22,3%). Sementara, Serengan dan Pasar Kliwon mencatatkan proporsi popularitas yang lebih kecil di 7,1% dan 4,9%.
Salah satunya dikarenakan Serengan dan Pasar Kliwon memiliki area yang lebih kecil dibandingkan kecamatan lainnya, sehingga mencatatkan permintaan yang lebih sedikit. Sementara wilayah lain, seperti Banjarsari dan Laweyan merupakan dua area yang terbilang strategis lantaran juga berlokasi paling dekat dari Bandar Udara Adi Soemarmo.
Generasi Muda-Dewasa Dominasi Pasar Properti
Dalam laporan yang sama, disebutkan bawa pencari properti di Solo didominasi oleh orang-orang yang berusia 25-34 tahun (31,6%), disusul oleh kelompok umur 45-54 tahun (23,6%), 18-24 tahun (18,1%), 35-44 tahun (17,9%), 55-64 tahun (8,7%), dan di atas 65 tahun (0,3%).
Sementara dari sisi asal domisili, mayoritas pencari properti berasal dari Solo sendiri, sebesar 24,3%, diikuti individu asal Jakarta (19,1%), Semarang (17,1%), dan Surabaya (4,3%). Permintaan dari Jakarta serta kota-kota besar lainnya, seperti Semarang dan Surabaya, menunjukkan persentase yang cukup signifikan sepanjang Januari hingga Juli 2024.
Ke depan, properti di Solo akan semakin banyak diincar karena wilayah tersebut akan semakin mudah diakses. Adanya jaringan tol Yogyakarta-Surakarta, yang menghubungkan kawasan Surakarta Raya dengan Yogyakarta serta akses ke Bandara Internasional Yogyakarta juga menjadi semakin mudah.
Dengan adanya tol yang menghubungkan Solo dan Yogyakarta, sektor pariwisata di kawasan Jawa Tengah dan sekitarnya semakin terintegrasi, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada sektor properti, terutama dalam hal penyediaan akomodasi di Solo dan sekitarnya.
(abr/dna)