Keberadaan gedung tinggi saat ini sudah jadi pemandangan yang wajar. Di kota-kota besar seperti Jakarta saja jumlah gedung tinggi sudah ratusan. Namun, inovasi terus dikembangkan agar gedung tersebut tidak hanya tinggi, melainkan ramah lingkungan.
Melansir dari CNN, firma arsitektur dan teknis bangunan Skidmore, Owings & Merrill (SOM) telah merancang gedung tertinggi di dunia pada Mei lalu. Tinggi gedung ini direncanakan sekitar 914 meter. Jika dibandingkan dengan gedung tertinggi saat ini yakni Burj Khalifah, 828 meter, hanya selisih tipis.
Bukan hanya tinggi, gedung ini juga akan menyimpan baterai-baterai raksasa yang menyimpan cadangan energi. Mereka mengatakan konsep gedung satu ini merupakan inovasi penyimpanan energi yang memanfaatkan teknologi mutakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demi mewujudkan proyek ini, mereka sampai bekerja sama dengan perusahaan penyimpanan energi, Energy Vault untuk mengembangkan solusi penyimpanan energi gravitasi baru.
"Pada akhirnya, energi multi-gigawatt-jam dapat disimpan, yang cukup untuk memberi daya pada beberapa gedung," kata CEO Energy Vault, Robert Piconi seperti yang dikutip pada Kamis (8/8/2024).
Nantinya, gedung tersebut akan memiliki mesin penggerak yang bisa memindahkan balok-balok raksasa. Mesin penggerak atau motor ini ditenagai dengan listrik dari balok-balok tadi. Alat penggerak ini hanya akan berfungsi saat ada permintaan.
Meski terdengar tidak biasa, SOM cukup optimis untuk mewujudkan proyek gedung dengan 'baterai' ini. Sebab, perusahaan ini adalah perancang One World Trade Center di New York, Menara Willis di Chicago atau Menara Sears, dan gedung pencakar langit tertinggi di dunia, Burj Khalifa di Dubai.
"Ini adalah peluang untuk memanfaatkan keahlian ini dan menggunakannya untuk penyimpanan energi sehingga memungkinkan kita untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil," kata mitra konsultan di SOM dan insinyur struktur untuk Burj Khalifa, Bill Baker.
Asosiasi Energi Internasional (International Energy Association) menanggapi memang diperlukan jaringan penyimpanan yang menggunakan teknologi yang terhubung ke jaringan listrik. Dengan begitu, energi dapat disimpan dan digunakan saat diperlukan.
Menara superstruktur SOM dan Energy Vault ini rencananya akan memiliki lubang pada struktur seperti poros elevator untuk memindahkan balok. Jadi setiap balok tersebut bergerak, mereka hanya akan bergerak pada tempatnya. Di luar area itu, penghuni tetap dapat memanfaatkan lahan lainnya sebagai perumahan dan area komersial.
Diharapkan dengan adanya gedung ini jejak karbon di bumi tidak bertambah banyak. Mengingat saat ini, sektor bangunan dan konstruksi menyumbang hampir 40% emisi gas rumah kaca global.
(aqi/zlf)