Menurutnya, sudah ada tanda-tanda sektor properti akan melesat, bahkan hampir semua indikator mendukung industri ini mulai 2025 sampai 2029 mendatang. Panangian menilai sejumlah indikator yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2023, 2024 ini hingga 2025 mendatang terlihat sangat positif.
"Kekhawatiran pemilu awal tahun kemarin akan rusuh pun tidak terbukti. Hal ini ditunjang lagi dengan program luar biasa dari Prabowo-Gibran sebagai pasangan pemenang pemilu, di mana mereka akan menghadirkan program 3 juta rumah. Ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap kegairahan industri properti secara umum," ujar Panangian dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (26/6/2024).
Hal itu disampaikannya dalam acara Talkshow Properti dengan tema 'Meneropong Pasar Properti di Era Pemerintahan Baru' yang digelar di Marketing Office Alam Sutera, Tangerang, Banten pada Selasa (25/6).
Lebih dari itu, ia menyebut pemerintah mendatang cukup jeli mencari celah guna membangkitkan perekonomian rakyat. Menurut Panangian, untuk membuat ekonomi nasional semakin membaik, memang memerlukan sebuah sektor yang bisa menciptakan kesejahteraan rakyat, menciptakan pemerataan dan sosial, serta menciptakan pertumbuhan ekonomi di atas 5%.
"Itu yang menjadi filosofi dari Prabowo-Gibran. Nah, kemarin telah disetujui Rp 71 Triliun anggaran untuk makanan bergizi gratis. Ini kan sebuah terobosan yang belum pernah ada sebelumnya. Dan saya dengar akan ada 50 ribu titik yang akan dimulai untuk program ini. Bisa kita bayangkan berapa besar penciptaan ekonomi dari salah satu program andalan Prabowo- Gibran ini," ungkapnya.
Selanjutnya, adanya program pembangunan 3 juta rumah akan membangkitkan semangat dan memberikan dampak psikologis yang positif. Hal itu terutama bagi para pebgembang yang tergabung dalam asosiasi-asosiasi perumahan seperti Realestat Indonesia (REI), Apersi, Himperra, dan lainnya.
"Bagi pengusaha properti, program ini memberi sinyal bahwa industri properti akan bangkit di era pemerintahan yang akan datang," ucap Panangian.
Selain itu, ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 sebesar 5,11% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,04% (yoy).
Ke depannya, pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan tetap kuat dalam kisaran 4,7-5,5% (yoy) didukung oleh permintaan domestik, terutama dari berlanjutnya pertumbuhan konsumsi dan investasi bangunan sejalan dengan berlanjutnya pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Sejalan dengan itu, Panangian mengatakan pemerintah juga memiliki perhatian untuk memenuhi kebutuhan rumah supaya dapat mencapai Zero Backlog pada tahun 2045 mendatang.
"Pada 2023 backlog rumah masih di kisaran 10 juta unit. Jika pemerintah membangun 500 ribu per tahun, artinya baru 20 (tahun) ke depan baru akan selesai. Jumlah ini belum ditambah dengan kebutuhan hunian untuk keluarga baru yang mencapai 750 ribu hingga 800 ribu per tahun. Jadi pemerintah perlu membangun 500 ribu + 750 ribu ribu = 1,25 juta per tahunnya. Untuk mewujudkan itu sangat dibutuhkan kolaborasi dan peran aktif pengembang swasta," jelasnya.
Peran Pengembang Swasta
Panangian menekankan sektor properti merupakan penggerak perekonomian dan juga memberikan kontribusi dalam pembangunan. Untuk itu, ia menyebut pemerintahan mendatang harus bisa melihat ini sebagai peluang yang lebih besar untuk menggerakkan perekonomian.
"Dan satu hal yang perlu dicatat, peran dan kontribusi pengembang swasta dalam merealisasikan visi pemerintah sangat besar. Hal ini bisa kita lihat di sekitar Jabodetabek, di mana jumlah properti dalam skala besar seperti Alam Sutera ini telah jadi penggerak perekonomian di kawasannya," tegasnya.
Sementara itu, Chief Marketing Officer (CMO) Elevee Condominium Alvin Andronicus menyampaikan penguatan ekonomi dalam pemerintahan mendatang sudah terlihat dengan adanya program 3 juta rumah.
Menurutnya, program tersebut akan menggerakkan perekonomian. Mengingat sebuah proyek properti yang dikembangkan akan diikuti dengan multiplier effect kepada 180 sektor lainnya.
"Kami melihat, pemerintahan ke depan berorientasi pada perekonomian, dan tentunya sektor bisnis properti adalah salah satunya yang akan didorong karena memberikan efek berantai untuk menggerakkan berbagai industri lainnya," kata Alvin.
Soal kondisi perekonomian saat ini dengan nilai tukar rupiah dengan dolar yang berada di angka Rp16,391, Alvin mengaku tidak khawatir. Sebab, produk material yang digunakan hampir 100 persen berasal dari lokal. Untuk itu, Elevee Condominium terus menggerakkan pasar karena menurut Alvin, properti adalah produk investasi.
"Kita harus akui bahwa pandemi COVID-19 pada tiga tahun lalu memberikan dampak luar biasa pada industri properti. Meski demikian, setelah pandemi berlalu sektor properti mampu bergerak dan kembali menjadi motor penggerak perekonomian. Dan Elevee sendiri tetap bisa berjalan dengan baik hingga saat ini, baik dari sisi penjualan unitnya maupun pembangunan fisiknya," tuturnya.
Namun Alvin mengatakan pemerintah harus lebih banyak memberikan stimulus yang berkelanjutan untuk menggerakkan pasar.
"Seperti program PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) yang sudah diterapkan beberapa waktu belakangan ini, perizinan yang cepat dan mudah, menurut kami itu sudah bagus dan harus dilanjutkan," katanya.
(dhw/zlf)