Siapa sangka, teknologi canggih terkini mampu membangun rumah kayu dengan bantuan printer 3D. Berbagai proyek yang menggunakan teknologi Printer 3D sudah ada banyak, seperti rumah, jembatan, hingga masjid yang tersebar di seluruh dunia.
Teknologi ini sangat berguna di negara bagian Maine, Amerika Serikat yang membutuhkan sekitar 80 ribu rumah baru pada tahun 2030. Printer 3D terbesar di dunia pun dapat menjadi solusi untuk masalah tersebut.
"Orang-orang tidak dapat menemukan rumah, harganya sangat mahal. Kita juga memiliki populasi yang menua... jadi semakin sedikit orang yang berprofesi sebagai tukang listrik, tukang ledeng, atau pembangun," ujar Direktur Eksekutif University of Maine's Advanced Structures and Composites Center (ASCC), Pusat Struktur dan Komposit Lanjutan (ASCC) Universitas Maine, Habib Dagher dikutip dari CNN, Sabtu (8/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pada akhir tahun 2022, universitas ini meluncurkan 'BioHome3D', sebuah hunian seluas 600 kaki persegi yang dikatakan sebagai rumah cetak 3D berbasis bahan alami 100% pertama di dunia. Rumah ini dibangun dari serat kayu lokal dan bahan bio-resin.
![]() |
Printer tersebut dapat memproduksi benda sebesar 96 x 32 x 18 kaki serta berat 500 pound setiap jam. Dagher pun mengungkapkan sedang mengupayakan mencapai target, yakni mencetak 1.000 pound material per jam. Dengan begitu, rumah BioHome3D akan bisa dibangun dalam durasi 48 jam.
"Kalau mereka dapat mencapai target tersebut, rumah yang dicetak dengan printer 3D akan sangat kompetitif dengan biaya pembangunan perumahan saat ini," katanya.
![]() |
BioHome3D merupakan hunian dengan lantai dan tembok dari kayu, sehingga suasana terasa hangat dan nyaman. Rumah ini juga tampak modern dengan desain bangunan terinspirasi dari bangunan kabin ala Skandinavia.
Metode pembangunan ini juga terbilang sustainable, sebab bangunan hasil cetakan tersebut sudah tidak diperlukan lagi, maka bisa diratakan dan dibuat untuk mencetak hal lain.
![]() |
ASCC menggunakan sisa kayu dari pabrik penggergajian kayu di Maine dalam penelitiannya, serta berupaya meningkatkan produksi dengan menggunakan material sisa yang bersumber secara lokal.
Meski printer tersebut tidak akan menggantikan konstruksi rumah tradisional, ia meyakini rumah cetak 3D kemungkinan dapat menempati porsi yang lebih besar dalam persediaan perumahan di dunia di masa depan.
(dhw/abr)