Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta menjadi pusat perhatian wisatawan di Kota Tua, Jakarta Barat. Museum ini menyajikan informasi tentang perjalanan sejarah kota Jakarta dari jaman pra-sejarah hingga masa sekarang.
Lantas, bagaimana asal usul bangunan yang menyajikan sejarah Jakarta ini? Simak penjelasan berikut yang dilansir dari situs Dinas Kebudayaan Jakarta, Senin (27/5/2024).
Sejarah Bangunan Museum Fatahillah
Museum Fatahillah memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi dengan bangunan bergaya arsitektur Barok klasik. Bangunan ini terdiri dari tiga lantai dengan cat bangunan berwarna putih kekuning-kuningan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagian pintu dan jendela museum terbuat dari kayu jati berwarna hijau tua. Lalu, pada atap utama terdapat petunjuk arah mata angin.
Sebelumnya, gedung ini mulai dibangun pada tahun 1620 oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen sebagai gedung balai kota kedua pada tahun 1626. Menurut catatan sejarah, gedung itu semula bertingkat satu dan pembangunan tingkat lainnya dilakukan seiring berjalannya waktu.
Namun, kondisi gedung sangat buruk pada tahun 1648 karena tanah Jakarta yang sangat labil. Beratnya gedung menyebabkan bangunan turun dari permukaan tanah. Pemerintah Belanda pun menyiasatinya dengan menaikan lantai sekitar 56 cm tanpa mengubah fondasi yang sudah ada.
Selain itu, terdapat lima buah sel di bawah gedung yang dibangun pada tahun 1649. Kemudian, gedung utama pun diperlebar pada tahun 1665 dengan menambah satu ruangan di bagian Barat dan Timur.
Beberapa perbaikan dan perubahan terus dilakukan hingga menjadi bentuk seperti sekarang ini. Selain sebagai balai kota, gedung juga digunakan sebagai 'Raad van Justitie' atau dewan pengadilan.
Kemudian, selama tahun 1925-1942 gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sementara pada tahun 1942-1945 gedung dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon.
Setelah lama berselang, bangunan tersebut menjadi markas Komando Militer Kota (KMK) pada tahun 1952 yang menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat. Pada akhirnya gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta pada tahun 1968. Museum Sejarah Jakarta pun diresmikan pada tanggal 30 Maret 1974.
Awal Mula Museum Fatahillah
Adapun cikal bakal Museum Fatahillah berawal dari rencana Yayasan Oud Batavia membuat museum tentang sejarah Batavia pada tahun 1939. Yayasan itu membeli gudang perusahaan Geo Wehry & Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 yang kini museum Wayang.
Lalu, Yayasan Oud Batavia membangun kembali Museum Oud Batavia yang dibuka untuk umum pada tahun 1939. Pada masa kemerdekaan, museum itu berubah menjadi Museum Djakarta Lama di bawah naungan Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI).
Pada tahun 1968, Museum Djakarta Lama diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta. Museum Sejarah Jakarta kini berada di lokasi yang sekarang ini, sementara gedung lama menjadi Museum Wayang.
(dhw/dhw)