Penjualan rumah primer pada triwulan I-2024 mengalami kenaikan yang signifikan meskipun harga rumah naik. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, salah satunya banyak proyek baru yang menarik minat konsumen.
Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia, penjualan rumah pada triwulan I-2024 mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu 31,16% (yoy) sementara pada triwulan sebelumnya 3,37% (yoy). Peningkatan penjualan rumah primer didorong oleh menguatnya penjualan rumah selama triwulan I-2024.
Secara triwulanan, penjualan rumah primer pada triwulan I-2024 meningkat 12,89% (qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 2,12% (qtq). Rinciannya, penjualan rumah tipe kecil meningkat 15,29% (qtq), tipe menengah naik 12,21% (qtq), dan tipe besar naik 5,14% (qtq).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau demikian, terdapat beberapa faktor yang menghambat pengembangan maupun penjualan rumah. Faktor-faktor tersebut yaitu kenaikan harga bangunan (37,55%), masalah perizinan (23,70%), suku bunga KPR (21,43%), serta proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (17,31%).
Sebagai informasi, harga rumah primer kembali mengalami peningkatan. Dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan I-2024 tumbuh secara tahunan sebesar 1,89% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,74% (yoy).
Kenaikan IHPR tersebut karena didorong oleh kenaikan harga properti tipe kecil uang meningkat 2,41% (yoy). Lalu, didorong juga dengan perkembangan harga rumah tipe menengah dan besar yaitu 1,60% (yoy) dan 1,53% (yoy), walaupun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 1,87% (yoy) pada rumah tipe menengah dan 1,58% (yoy) pada rumah tipe besar.
Dalam laporan tersebut, BI melakukan survei pada 18 kota yang ada di Indonesia. Hasilnya, 9 kota mengalami peningkatan IHPR, 8 kota mengalami perlambatan, dan 1 kota mengalami penurunan.
Peningkatan harga rumah triwulan I-2024 paling tinggi terjadi di Kota Samarinda (2,45%, yoy), Pontianak (4,68%, yoy), dan Denpasar (1,48%,yoy). Beberapa kota yang mengalami perlambatan yaitu di Kota Bandar Lampung (0,10%, yoy), Surabaya (0,34%), dan Balikpapan (0,48%, yoy) sedangkan di Kota Pekanbaru mengalami kontraksi sebesar 0,13% (yoy).
(abr/zlf)