.webp)
Australia kini sedang mengalami krisis rumah yang membuat para warganya kekurangan rumah. Krisis ini diakibatkan oleh tingginya harga rumah dan keterbatasan stok perumahan di sana. Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah Australia bahkan sudah berencana untuk menggunakan anggaran nasionalnya.
Melansir dari CNBC, Reserve Bank of Australia (RBA) telah melakukan upaya pengetatan moneter tinggi untuk menjaga harga rumah tetap stabil, namun kenyataannya harga rumah terus meningkat setelah awalnya mengalami penurunan pada tahun 2022.
Data dari konsultan property, CoreLogic, menyebutkan bahwa harga rumah di Australia tekag naik selama 15 bulan berturut-turut hingga April lalu. Bahkan harga rata-rata rumah di Australia kini sudah menyentuh angka 779,817 dolar Australia atau setara dengan Rp8,2 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya harga rumah yang melejit, harga sewa rumah pun turut melambung tinggi. Menurut data dari Biro Statistik Australia per April 2024, harga sewa rumah di Australia naik 7,8% setiap hatunnya. Lonjakan ini sontak membuat Autralia berada pada tingkat terburuk dalam sejarah Australia. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Penelitian di CoreLogic Australia, Eliza Owen.
"Keterjangkauan saat ini berada pada tingkat terburuk yang pernah tercatat di Australia dari sudut pandang kemudahan layanan hipotek," kata kepala penelitian di CoreLogic Australia, Eliza Owen, seperti dikutip CNBC Internasional, Selasa (14/5/2024).
Selain itu, Owen juga memperkirakan harga rumah akan terus naik sepanjang tahun ini, meski diyakini tidak akan setinggi tahun 2023.
Laporan terbaru dari PropTrack juga telah menunjukkan kenaikan tajam biaya konstruksi serta kekurangan tenaga kerja dan material yang menghambat penyelesaian pembangunan baru. Hal ini membuat pasokan perumahan baru sangat terbatas.
"Di sisi pasokan, perumahan baru terbatas oleh kendala kapasitas yang berkelanjutan - terutama dalam menyelesaikan pekerjaan dan di mana keterampilan yang dibutuhkan dapat dengan mudah dialihkan ke konstruksi non-perumahan - serta peningkatan pesat dalam biaya konstruksi," kata Bank Sentral Australia (RBA) dalam pertemuan dewan Maret lalu.
(dna/dna)
