Tren gedung perkantoran di Jakarta masih cukup stabil baik di kawasan CBD maupun non-CBD. Kini permintaan ruang perkantoran meningkat.
Head of Research Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia, Yunus Karim menyampaikan tren gedung perkantoran CBD memang tertekan selama 10 tahun terakhir karena tingkat pertambahan gedung yang cukup banyak selama 2015-2023. Ruang perkantoran yang kosong kerap dianggap sebagai istilah "gedung berhantu' karena saking kosongnya.
Sementara belum lama ini hanya ada satu gedung Grade A yang baru selesai dibangun, yakni Thamrin Nine 2 - Luminary Tower seluas 40 ribu meter persegi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan tambahan luas pasokan yang relatif lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan tingkat permintaan yang juga positif di kuartal pertama ini membuat tingkat hunian cukup stabil di angka 70%," ujar Yunus pada media briefing yang dihadiri detikcom, Senin (13/5/2024).
Adapun tren permintaan gedung perkantoran CBD Jakarta masih didominasi oleh strategi flight-to-quality. Para tenant cenderung mengambil kesempatan pindah ke gedung yang lebih bagus dan berkualitas untuk mengupgrade lingkungan kerja.
Selain itu, mereka juga masih melakukan strategi penghematan biaya dan cara kerja baru yang membuat penyerapan ruang perkantoran lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya.
"Demand untuk semua grade adalah sebesar 21 ribu meter persegi. Ini adalah awal yang positif bagi ruang perkantoran di CBD. Mengingat sebelum-sebelumnya memang dampak pandemi cukup terasa di ruang perkantoran," jelasnya.
Kemudian, dari sisi harga sewa masih kompetitif dengan turun 1,6% dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun, secara kuantum angka tersebut sudah berkurang dari dua tahun sebelumnya, sehingga penurunan cenderung lambat.
Adapun gedung-gedung perkantoran yang memiliki tingkat hunian yang baik serta kualitas gedung yang bagus sudah mulai menahan harga.
Di sisi lain, gedung perkantoran non-CBD di Jakarta memiliki tingkat pasokan yang cukup meningkat dibandingkan sepuluh tahun terakhir sejak 2015. Memang ada penurunan tren dari segi hunian tetapi cenderung lebih stabil daripada kawasan perkantoran di CBD Jakarta.
"Kita bisa katakan bahwa untuk tingkat hunian cukup stabil, di angka 71%. Mengingat bahwa untuk tingkat permintaan atau tingkat permintaan bersih, kita lihat di triwulan pertama tahun 2024 ini sedikit positif," ungkap Yunus.
Sebanyak 1.070 meter persegi perkantoran non-CBD terserap di kuartal pertama 2024. Selanjutnya, dari sisi rental juga mirip dengan kawasan CBD, ada penurunan harga lebih sedikit yaitu 0.5%.
Lalu, penetapan harga rental pun kompetitif. Namun, gedung dengan fitur yang unik dan tingkat hunian tinggi sudah bisa menahan harga.
(dhw/zlf)