CEO Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda membeberkan alasan banyak rumah murah dari program besutan Presiden Joko Widodo (Jokowi) banyak yang kosong bahkan tidak terawat. Salah satunya karena akses transportasi umum yang jauh.
Sebagai informasi, program rumah murah yang dibuat oleh Jokowi pada awal pemerintahannya menjadi salah satu solusi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk memiliki hunian. Namun, banyak rumah dari program itu justru kosong tidak terawat.
Menurut Ali, faktor utama kenapa banyak rumah murah atau rumah subsidi yang kosong karena lokasinya yang jauh dari tempat kerja dan akses transportasi umum. Biasanya, kata Ali, pembeli rumah murah belum sadar kalau rumah yang dibeli itu aksesnya cukup jauh dari akses transportasi umum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak proyek rumah subsidi itu yang jauh dan tidak terkoneksi dengan transportasi umum. Nah konsumen kan kadang-kadang nggak sadar. Karena dia mau beli rumah, tapi ternyata pas sudah jadi (rumahnya) jauh kemana-mana," katanya kepada detikProperti, Jumat (3/5/2024).
Sulitnya akses transportasi umum bisa membuat pengeluaran pemilik rumah murah meningkat. Tentunya, hal itu bisa saja memberatkannya karena harus mengeluarkan uang lebih untuk transportasi dan mencicil rumah.
Apalagi jika orang tersebut bekerja di tengah kota, misalnya Jakarta. Ali menyebut bisa saja orang tersebut justru meninggalkan rumah murah yang dibelinya dan pindah ke kos-kosan yang dekat tempat kerja di Jakarta.
![]() |
"Kalau yang bekerja di Jakarta, dia bisa saja pindah lagi ke kos-kosan di Jakarta. Jadi kesannya itu (rumah) ditinggalin, nggak dihuni di sana. Karena susah, kalau tinggal di sana dia ongkosnya bengkak," ungkapnya.
Selain itu, faktor lainnya rumah murah ditinggalkan karena dibeli untuk investasi. Ali mengatakan, alasan tersebut hanya sebagian kecil terjadi.
Sebagai informasi, untuk membeli rumah subsidi haruslah orang yang berpenghasilan rendah dan belum punya rumah. Namun, ada saja orang yang memalsukan data untuk bisa membeli rumah subsidi yang nantinya dijual atau disewakan sehingga pembeli tidak tepat sasaran.
"Memang ada sebagian, tapi menurut saya kecil sih ya, dia bohongi data. (Rumah subsidi) kan (harus dibeli sebagai) rumah pertama, sasarannya bukan dia tapi dia beli buat investasi, ada. Tapi itu kecil banget lah," tuturnya.
Faktor lainnya yang membuat rumah murah kosong adalah daya beli masyarakat. Ali menyebut, ada kasus-kasus di mana pembeli rumah belum benar-benar mampu membelinya tetapi memaksakan diri.
"(Faktor lainnya) daya beli. Daya belinya memang belum mampu tetapi dipaksakan aja karena ada yang DP-nya murah, dipermudah semua dengan bank juga, tapi ternyata daya belinya mungkin belum mampu tapi dipaksakan, ada," ujarnya.
Untuk diketahui, memang terdapat beberapa daerah program rumah murah yang ditinggalkan pembelinya. Salah satunya seperti yang ada di Villa Kencana Cikarang, Bekasi.
Dilansir detikFinance, pembangunan perumahan itu sudah dimulai sejak 2016. Lalu pada 2017, area perumahan subsidi itu sudah jadi dan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Sayangnya, saat ini banyak rumah murah program Jokowi itu berakhir tidak dihuni. Hal itu menyebabkan banyak rumah subsidi itu tidak terawat dan terbengkalai.
(abr/zlf)