Jakarta, Medan, dan Makassar adalah 3 kota besar Indonesia yang masuk ke dalam daftar kota pintar di dunia.
Ketiga kota pintar di Indonesia ini dirancang memiliki teknologi maju. Kota pintar ini ditujukan supaya bisa berkontribusi pada kualitas hidup manusia yang tinggal di dalamnya, mendorong kelestarian lingkungan, dan membuka kesempatan dan kesetaraan bagi penduduknya.
Pasalnya, pada laporan tahunan hasil survey Smart City Index (SCI) oleh Institute Management and Development (IMD) di tahun 2024 ini, kota Jakarta dan Makassar mengalami penurunan peringkat, sedangkan kota Medan masih tetap berada di posisi yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apa saja masalah yang membuat kota pintar di Indonesia ini mengalami kemunduran?
Masalah Utama Kota Pintar Indonesia (Jakarta, Medan, Makassar)
1. Jakarta
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada warga kota Jakarta, 3 masalah utama yang mereka soroti adalah sebagai berikut.
Polusi udara (68,4%)
Kemacetan lalu lintas (66%)
Korupsi (51,7%)
Di samping masalah tersebut, kota Jakarta sendiri memiliki skor yang tinggi pada tingkat kepuasan terhadap kemudahan mengakses jadwal dan membeli tiket angkutan umum secara online (skor 83,2), menjadwalkan layanan kesehatan secara online (skor 81,1), dan mengakses portal pencarian kerja online (skor 81).
2. Medan
Dari hasil survey yang dilakukan pada warga kota Medan, 3 masalah utama yang disoroti oleh warga adalah sebagai berikut.
Keamanan (58,3%)
Pengangguran (53,2%)
Korupsi (52,7%)
Sedangkan 3 fasilitas dengan tingkat kepuasan tertinggi di kota Medan tersendiri adalah banyaknya lapangan kerja (skor 78,3), mudahnya akses jadwal dan pembelian tiket angkutan umum secara online (skor 77,8), dan pencarian kerja online (skor 77).
3. Makassar
Berdasarkan hasil survey, bagi warga Makassar 3 masalah utama yang disoroti adalah sebagai berikut.
Kemacetan lalu lintas (52,6%)
Pengangguran (52,5%)
Korupsi (49,6%)
Sementara itu, tingkat kepuasan tertinggi pada kota Makassar adalah mudahnya penjadwalan layanan kesehatan secara online (skor 74), mengakses peluang kerja secara online (skor 73,9), dan akses jadwal dan pembelian tiket angkutan umum secara online (skor 72,1).
Menurut Presiden Smart City Observatory, Bruno Lanvin. Laporan SCI ini dilakukan guna untuk membantu pemerintah dalam membangun kota yang baik untuk masa depan.
"Laporan tahunan SCI dirilis untuk membantu pemerintah kota dalam membangun kota masa depan yang tangguh dan mampu beradaptasi terhadap perubahan zaman," jelas Bruno Lanvin
Selain itu, ia juga berharap dengan adanya laporan ini, bisa dijadikan pedoman oleh pemerintah Indonesia dalam proses pembangunan Ibu kota Nusantara (IKN).
"Untuk Indonesia, data SCI relevan untuk membantu upaya merancang ibu kota baru di Nusantara, sebab hasil riset ini memberikan pedoman dan gambaran bagaimana inovasi dan pengembangan kota-kota masa depan," tambahnya.
(dna/dna)