OXO Group Indonesia akan membangun komplek vila berkonsep Neo Luxury senilai Rp 500 miliar di kawasan Nyanyi, Bali. Properti ini akan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan serta mengikuti standar internasional untuk menjangkau pasar global.
Founder dan CEO OXO Group Indonesia, Johannes Weissenbaeck mengatakan OXO The Residences akan menjadi game changer dan menetapkan standar baru dalam industri properti Neo Luxury di Bali.
"Setiap proyek hunian yang kami kerjakan harus memiliki standar internasional dan bisa diterima, bukan hanya oleh pasar domestik, namun juga pasar global," ujar Johannes dalam keterangan tertulis, Kamis (25/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Johannes menuturkan sebagian besar pasar OXO Group sebelum pandemi Covid-19 didominasi oleh konsumen dari luar negeri, di antaranya Australia dan Singapura. Sementara untuk proyek ini, mereka menargetkan 80% pembeli domestik dan 20% dari mancanegara.
"OXO The Residences akan menampilkan 40 unit vila bergaya neo luxury di atas lahan seluas 2 hektare yang dilengkapi dengan fasilitas komunal bagi para penghuninya," ungkapnya.
Ia menyatakan OXO The Residences bakal memikat konsumen lokal maupun internasional dengan harga mulai dari Rp 7,5 miliar. Adapun luas bangunan mulai 182 meter persegi hingga 286 meter persegi.
Selain itu, Johannes menyampaikan visi untuk menciptakan gaya hidup yang menginspirasi dan bermanfaat bagi para tamu dan investor. Sebagaimana produk properti dan pengalaman OXO Group sejak awal tahun 2015 mengedepankan standar tanpa kompromi, desain cerdas, layanan premium, dan mengedepankan prinsip berkelanjutan (sustainability).
"Satu hal yang pasti, lokasi proyek hunian terbaru ini terletak tepat di depan Nuanu City, sebuah proyek yang digadang akan menjadi The Next Big Thing di Bali setelah Canggu dalam 2-3 tahun ke depan. Dan semua penghuni OXO The Residences nantinya bisa menikmati fasilitas yang dimiliki oleh Nuanu City," katanya.
Dirancang sebagai ekosistem yang terintegrasi, Nuanu City menawarkan pengalaman transformatif yang memadukan seni, budaya, kesehatan, kehidupan yang terinspirasi dari alam, dan dampak sosial. Nuanu dikembangkan sebagai kota kreatif seluas 44 hektare dan mewujudkan esensi dari Tri Hita Karana, yang merupakan filosofi hidup dari masyarakat Bali.
Lebih dari itu, Johannes mengatakan Pulau Dewata sedang mengalami perubahan lanskap industri properti. Tren Neo Luxury telah menciptakan ceruk pasar baru di Industri properti Indonesia, sehingga OXO Group Indonesia akan memenuhi tren pasar baru tersebut.
Menurutnya, OXO Group Indonesia mengedepankan gaya hidup berkelanjutan. Semua properti yang dibangun dilengkapi dengan panel tenaga surya, area resapan air hujan, water treatment, penyaring air osmosis, hingga bahan baku hasil daur ulang atau dapat didaur ulang.
"Kami bahkan telah menerapkan konsep Zero Waste dalam setiap proyek properti OXO Group, dan kami telah melakukan semua hal tersebut sejak awal berdiri," imbuhnya.
Lalu dalam mewujudkan proyek ini, Johannes mengumumkan OXO Group Indonesia melakukan kolaborasi terbaru bersama desainer arsitektur Alexis Dornier.
"Kami ingin menghadirkan sebuah desain arsitektur yang sederhana namun ikonik pada saat yang bersamaan. Arsitektur bangunan yang menyatu dengan alam dan budaya pulau Bali serta area perkampungan sekitar," tutur Alexis.
Alexis menyebut elemen yang digunakan juga harus mewakili identitas Pulau Bali, melalui alam sekitar dan material lokal, seperti batu bata yang dapat dengan mudah kita temukan di kawasan Tabanan, termasuk bebatuan vulkanik. Menurutnya, daerah itu dikenal sebagai penghasil batu bata press dan batu padas yang banyak digunakan sebagai material bangunan rumah di kawasan tersebut.
Melalui OXO The Residences, Alexis mengungkapkan keinginan pihaknya menyampaikan sebuah pernyataan gaya desain arsitektur yang mudah untuk dipahami sekaligus mendefinisi ulang arti kenyamanan dan kemewahan.
"Alasan mendasar mengapa kolaborasi antara OXO dengan studio kami ini bisa berjalan secara alami, karena kami memiliki pemahaman fundamental yang sama dalam hal membangun properti, yaitu prinsip-prinsip keberlanjutan. Semakin sedikit kita membangun, semakin baik," pungkasnya.
(dhw/zlf)