Sederet Material Bangunan Bakal Naik Harga Imbas Rupiah Jeblok

Sederet Material Bangunan Bakal Naik Harga Imbas Rupiah Jeblok

Danica Adhitiawarman - detikProperti
Kamis, 18 Apr 2024 12:34 WIB
Pemerintah telah menetapkan Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur menjadi lokasi ibukota baru. Masterplan pembangunan ibukota baru diperkirakan rampung pada 2020.

Secara fisik Pemerintah menargetkan seluruhnya akan selesai pada 2024. Artinya Pemerintahan Jokowi diharapkan bisa fokus memenuhi target waktu yang telah ditetapkan.
Foto: dok. KemenpuPR
Jakarta -

Rupiah sempat melemah akibat konflik antara Iran dan Israel belum lama ini. Nilai tukar Dolar AS sampai menembus Rp 16.200 yang menimbulkan ketidakpastian dan berpotensi menaikan harga barang-barang di Indonesia.

Lantas, bagaimana dampak pelemahan rupiah terhadap harga bahan bangunan, terlebih bagi industri properti?

Menurut Joko Suranto, Ketua Umum DPP REI yang juga CEO Buana Kassit, kondisi itu pasti mengakibatkan dampak tidak langsung dan ketidakpastian, sehingga bisa terjadi kenaikan harga minyak dunia. Apabila konflik ini terus berlanjut, maka Joko menilai perubahan harga diperkirakan terjadi dalam kurun waktu satu bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dampaknya adalah biaya produksi. Kan ada yang dari 185 industri (pendukung sektor properti) tadi kan, semuanya membutuhkan listrik, mungkin sebagian besarnya juga membutuhkan bahan bakar, kemudian juga membutuhkan transport, ketika alat produksinya membutuhkan listrik, listriknya taruhlah dari menggunakan bahan bakar minyak," ujar Joko kepada detikcom, Rabu (17/4/2024).

Alhasil, akan ada tekanan pada biaya produksi, sehingga mendorong kenaikan harga bahan-bahan di industri properti. Joko menyebut, pengusaha harus membuat rencana untuk mengantisipasi kondisi sulit itu dan mengelola agar daya beli masyarakat masih bisa mengakses untuk pembelian rumah.

ADVERTISEMENT

"Kalau kenaikan kisarannya masih 10-15% bahan-bahan itu, biasanya kami (pengembang) ini masih menyikapi untuk tidak menaikkan (harga properti). Tapi kalau itu berlangsung lama dan di atas itu, maka kita baru akan bergerak," katanya.

"Yang kita pastikan adalah bagaimana kita bisa meminimalkan atau mengefisienkan yang ada sehingga beban-beban itu tidak menjadi faktor pendongkrak atas kenaikan properti itu sendiri seperti itu," lanjut Joko.

Namun, pengembang juga memperhatikan berapa lama kenaikan harga bahan baku. Ia mengatakan kalau kenaikan harga berlangsung di atas tiga bulan, barulah dilakukan koreksi dan efisiensi supaya harga properti yang dibangun tidak sampai naik.

Adapun bahan bangunan yang berpotensi untuk cenderung naik ada pada industri berupa pabrik. Sebab, industri tersebut banyak bergantung pada bahan bakar, listrik, dan komponen lain yang rentan mahal akibat kondisi perang.

"Bahan yang paling krusial itu yang dari pabrik, yang dihasilkan dari manufaktur ketika bahan bangunan yang dari alam itu relatif masih tidak bisa ditahan. Tapi kalau manufaktur kan faktor produksinya memang ada kenaikan karena ada tekanan dari bahan bakar minyak itu," jelasnya.

Bahan-bahan tersebut antara lain kaca, besi, cat, baja ringan, dan lainnya. Sementara bahan dari sumber daya alam tidak begitu terpengaruh, kecuali ada kenaikan biaya transportasi untuk barang-barang itu sampai ke lokasi proyek.

Terpisah, Konsultan Properti Anton Sitorus mengatakan bahan bangunan yang harganya sangat sensitif terhadap nilai tukar Dolar AS kebanyakan produk-produk impor. Sementara bahan-bahan lokal juga bisa terpengaruh jika pelemahan rupiah berlangsung lama.

Hal ini dapat berimbas pada pembangunan properti, terutama properti dengan komponen bahan baku impor tinggi, seperti rumah dan apartemen mewah. Bahan baku antara lain besi dan baja gitu mengikuti harga pasaran di luar negeri. Apalagi bahan ini merupakan salah satu bahan pokok proyek-proyek properti.

Selain itu, harga bahan bangunan impor lainnya seperti keramik, granit, marmer, perkakas, dan peralatan dapur juga dipengaruhi fluktuasi nilai tukar Dolar AS. Termasuk, bahan-bahan untuk keperluan finishing seperti lampu, gagang pintu, dan aksesoris interior lainnya.

Senada dengan itu, Pengamat Properti yang juga Direktur Global Asset Management, Steve Sudijanto mengatakan harga material bangunan bisa naik karena banyak faktor, salah satunya komponen biaya produksi yang naik.

"Kenaikan tergantung yang penting untuk pembangunan rumah adalah harga besi, beton, semen, dan tukang," kata Steve.

Saat ini kurs Rupiah terhadap Dolar AS melemah, sehingga komponen bahan bangunan impor yang akan naik antara lain keramik, saniter kamar mandi, perlengkapan pintu, kabel listrik, pipa, (dan) perangkat elektronik seperti air conditioner, water heater, dan lain-lain," pungkasnya.

Buat kamu yang pengen upgrade rumah biar lebih pintar dengan perangkat smart door lock hingga CCTV gratis, yuk ikutan Program detikProperti Upgrade Rumah Kamu Jadi Lebih Pintar. Buat yang beruntung, bakal dapet 6 device smarthome gratis!

Baca info lengkapnya di sini.




(dhw/dhw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads