Korea Utara memiliki gedung setinggi 330 meter bernama Hotel Ryugyong di tengah Ibu Kota Pyongyang yang mulai dibangun sejak 1987. Sayangnya hingga 2024, Hotel Ryugyong tidak pernah dihuni oleh satu tamu pun.
Hotel Ryugyong lebih tinggi dari Menara Eiffel di Paris. Maka dari itu, Hotel Ryugyong disebut sebagai gedung tidak berpenghuni tertinggi di dunia.
Gedung ini terdiri dari tiga sayap, masing-masing sisinya memiliki kemiringan sekitar 75 derajat dan terdapat bulatan di atasnya. Di dalam gedung ini terdapat 3.000 kamar yang tersebar di 105 lantai. Bulatan di ujungnya dijadikan tempat makan berputar yang di dalamnya terdapat 5 restoran yang akan beroperasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dibangun seperti ini karena tingkat atasnya harus lebih ringan," kata seorang arsitek yang menetap Singapura dan telah banyak meneliti urbanisme Pyongyang, Calvin Chua, seperti yang dikutip dari CNN, Jumat (5/4/2024).
Penamaan Hotel Ryugyong diambil dari nama Pyongyang yang berarti "ibu kota pohon willow". Pembangunan Hotel Ryugyong ini memiliki sejarah yang panjang dan terus mengalami kendala.
Awal Mula Hotel Ryugyong Dibangun
![]() |
Pada saat itu, Korea Utara berada di kubu yang sama dengan Uni Soviet melawan Korea Selatan yang menggandeng Amerika Serikat. Perang dingin antar Korea Utara dan Korea Selatan pada saat itu masih ketat.
Setahun sebelum pembangunan Hotel Ryugyong dimulai, sebuah perusahaan Korea Selatan berhasil membangun hotel tertinggi di dunia, Westin Stamford di Singapura. Di saat bersamaan, Seoul juga ditunjuk sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1988.
Melihat pencapaian Korea Selatan, Korut tak mau kalah. Korea Utara menggelar sebuah olimpiade Bernama Festival Pemuda dan Pelajar Sedunia tahun 1989 dan membangun hotel besar tepat pada saat acara tersebut berlangsung. Gedung ini rencananya akan mematahkan rekor yang dibuat Korea Selatan.
Sayangnya, pada saat itu Uni Soviet, sekutu utama Korea Utara kalah dalam perang membuat mereka kehilangan bantuan. Masalah ekonomi pun melanda negara tersebut dan dana sebesar Rp 30,6 triliun yang dikeluarkan berakhir sia-sia.
Kondisi Hotel Ryugyong pada saat pembangunan dihentikan sudah selesai pada bagian fondasi, meskipun pada 1992 itu belum ada jendela. Selama 16 tahun gedung tersebut dibiarkan seperti itu.
Gedung tersebut memakai bahan beton bertulang dan tidak menggunakan baja. Menurut Chua, Ryugyong dirancang agar terlihat seperti gunung karena gunung adalah simbol penting di negara tersebut. Sebagai informasi, Korea Utara menjadikan Gunung Paektu sebagai lambing nasional negara mereka.
Pembangunan Hotel Ryugyong Dilanjutkan
![]() |
Setelah 16 tahun, Hotel Ryugyong kembali dibangun oleh perusahaan asal Mesir, Orascom pada tahun 2008. Direncanakan pembangunan kedua ini akan selesai pada 2012. Perusahaan tersebut memasang panel kaca dan logam pada struktur beton dengan biaya US$180 juta atau setara dengan Rp 2 triliun (kurs Rp 15.863).
Pemerintah Korea Utara sempat menggunakan Hotel Ryugyong sebagai tempat menyalakan kembang api dalam perayaan May Day pada 2009. Kemudian pada akhir tahun 2012, perusahaan asal Jerman, Kempinski akan mengambil alih manajemen Hotel Ryugyong, tetapi beberapa bulan sebelum hotel dibuka, mereka mengundurkan diri.
Menurut CNN, kemungkinan ini ada kaitannya dengan berita gedung apartemen 23 lantai runtuh di Pyongyang karena konstruksi yang membuat perusahaan Jerman tersebut ragu untuk menggunakan Hotel Ryugyong.
Enam tahun berlalu, Hotel Ryugyong dipasang layer LED pada bagian depan gedung untuk menampilkan slogan propaganda Kim Yong Il pada tahun 2018 selama beberapa jam setiap malam. Hingga saat ini Hotel Ryugyong belum diisi oleh interior yang memadai bahkan tidak ada listrik di dalamnya.
(aqi/zlf)