Afrika baru saja meresmikan Masjid terbesar di negara mereka yang daya tampungnya sama seperti Masjid Istiqlal di Jakarta. Nama Masjid terbesar di Afrika ini adalah Masjid Agung Aljazair yang menghadap langsung ke pantai Mediterania, Afrika Utara.
Proyek ini dimulai sejak 2012. Pembangunan Masjid Agung Aljazair memakan waktu sekitar 7 tahun dan mengalami keterlambatan karena adanya perubahan politik. Masjid yang disebut dapat menampung 120.000 orang pengunjung dan 35.000 jamaah di ruang Salat ini diresmikan pada Februari 2024 oleh Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune.
"Acara peresmiannya sebagian besar bersifat seremonial karena (Masjid) telah dibuka untuk wisatawan internasional dan pengunjung di Aljazair selama sekitar lima tahun lalu, dan pertama kali dibuka untuk salat pada bulan Oktober 2020 tetapi tanpa Tebboune karena ia menderita Covid-19," kata Aljazeera seperti yang dikutip pada Rabu (20/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masjid Agung Aljazair atau dikenal pula dengan Djamaa El-Djazair disebut sebagai Masjid terbesar ketiga di dunia setelah Madinah dan Mekah. Luas Masjid Agung Aljazair adalah 277.500 meter persegi. Masjid Agung Aljazair mengukuhkan posisi dan menggeser posisi Masjid Hassan II di Maroko sebagai Masjid tertinggi ketiga di dunia. Selain bangunan utamanya, Masjid ini juga memiliki menara Masjid tertinggi di dunia yakni setinggi 265 meter.
![]() |
Di atas menara Masjid Agung Aljazair terdapat dek untuk pengunjung menikmati pemandangan Aljazair dari ketinggian. Terdiri dari 37 lantai, pengunjung bisa menggunakan lift untuk ke puncak menara tersebut.
Bangunan Masjid Agung Aljazair menggunakan struktur modern dengan dekorasi kayu dan marmer yang dihiasi tulisan Arab dan Afrika Utara. Saking luasnya Masjid ini, mereka juga telah menyediakan landasan pendaratan helikopter dan perpustakaan yang mampu menampung hingga satu juta buku. Selain itu, tersedia tempat parker yang dapat menampung 7.000 mobil.
Biaya pembangunan hampir US$900 juta atau setara dengan Rp 14 triliun (kurs Rp 15.739) dan dibangun oleh sebuah perusahaan Cina. Bangunan ini dirancang oleh arsitek Jerman, KSP Engel dan pembangunannya dibantu oleh perusahaan Cina, China State Construction Engineering.
"Proyek tersebut mengalami penundaan selama bertahun-tahun dan pembengkakan biaya. Bangunan ini juga dikritik karena diduga dibangun di daerah yang berisiko gempa, namun pemerintah membantahnya," ungkap Aljazeera.
Kritikus bahkan mengklaim bahwa masjid tersebut adalah proyek sia-sia mantan Presiden Abdelaziz Bouteflika, yang terpaksa mengundurkan diri pada tahun 2019 setelah 20 tahun berkuasa.
Presiden Abdelaziz Bouteflika pada awalnya ingin menamai Masjid tersebut dengan namanya sendiri dan meresmikannya pada Februari 2019, tetapi hal tersebut tidak terjadi karena dia diminta lengser dari jabatannya.
(aqi/zlf)