Angka Pernikahan di Indonesia Menurun, Ngaruh ke Bisnis Properti?

Angka Pernikahan di Indonesia Menurun, Ngaruh ke Bisnis Properti?

Wida Puspita - detikProperti
Rabu, 20 Mar 2024 09:54 WIB
an asian chinese family moving into new house and received the house key from real estate agent
Ilustrasi Pasangan Muda Beli Rumah Foto: iStock
Jakarta -

Dalam 3 tahun terakhir, Indonesia telah mengalami penurunan jumlah pernikahan dari tahun 2021-2023. Menurut data Badan Pusat Statistik 2024, penurunan angka pernikahan di negeri ini mencapai dua juta.

Dengan menurunnya jumlah pasangan yang memutuskan untuk menikah, apakah hal ini akan berdampak pada bisnis properti di Indonesia?

Menjawab pertanyaan tersebut, Ali Tranghanda, seorang pengamat bisnis properti dan CEO Indonesia Property Watch, menjelaskan bahwa penurunan angka pernikahan tidak akan berdampak langsung kepada bisnis properti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Angka pernikahan tidak berdampak langsung terhadap kemungkinan penurunan pasar properti. Karena terkait banyak hal, tidak selalu dikarenakan angka pernikahan," kata dia dalam pesan elektronik yang diterima detikcom, Rabu (20/3/2024).

Meski ia tak memungkiri tetap ada kemungkinan penurunan pada bisnis properti di Indonesia mengingat 69% konsumen membeli properti setelah menikah.

ADVERTISEMENT

Terpisah, analis pasar properti, Anton Sitorus mengatakan, memang salah satu faktor yang mempengaruhi bisnis properti adalah pertumbuhan populasi, lebih spesifiknya adalah pertumbuhan rumah tangga.

"Secara umum, angka pernikahan kurang lebih identik dengan pertumbuhan rumah tangga baru, tapi tidak 100 persen. Artinya, kalaupun statistiknya menunjukkan 3 tahun terakhir ada penurunan angka pernikahan, musti di cek dulu apakah ada penurunan angka rumah tangga," ungkap Anton lewat sambungan telpon.

Walaupun angka pernikahan dan rumah tangga saling mempengaruhi, Anton cenderung melihat statistik rumah tangga sebagai faktor yang lebih berpengaruh terhadap bisnis properti.

"Memang sedikit banyak berpengaruh, pertumbuhan rumah tangga berkurang bisa jadi akan mempengaruhi permintaan. Dalam bisnis properti, sektor yang paling besar itu hunian dan salah satu indikator penentu nya itu pertumbuhan rumah tangga."

Namun, angka pertumbuhan rumah tangga ini juga tidak selalu berbanding lurus dengan permintaan hunian, terutama di negara dengan kondisi ekonomi yang belum terlalu maju. Hal ini dikarenakan banyak juga pasangan yang setelah menikah tidak langsung membeli properti sendiri, dan lebih memilih untuk tinggal di rumah orang tuanya atau mengontak.

"Di negara yang ekonominya belum maju, angka ini nggak terlalu berbanding lurus 100 persen, karena prinsipnya nggak semua orang mampu untuk langsung beli rumah. Tapi, secara umum pertumbuhan rumah tangga itu mempengaruhi permintaan sektor hunian," pungkas Anton.




(dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads