Badai yang menghantam industri properti China tampaknya belum reda dan bahkan mulai menelan korban baru.
Dikutip Rabu (13/3/2024), CNN.com mempublikasikan laporan yang menyebut bank-bank China tengah berusaha keras untuk memberikan dana talangan kepada Vanke, salah satu pengembang properti terbesar di negara tersebut setelah peringkat kreditnya diturunkan menjadi status "sampah" oleh Moody's pada hari Senin.
Dalam laporan tersebut, dikatakan Pemerintah China tengah berjuang untuk memulihkan kepercayaan terhadap industri real estat yang sedang lesu di negaranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu upaya keras yang dilakukan adalah dengan mencegah Vanke mengalami hal yang sama seperti Evergrande dan Country Garden, yang keduanya gagal membayar utang dan berisiko dilikuidasi.
Dalam laporan media pemerintah China juga disampaikan bahwa 12 bank besar, termasuk enam pemberi pinjaman milik negara terbesar, sedang dalam pembicaraan untuk memberikan pinjaman sindikasi kepada Vanke senilai 80 miliar yuan atau setara $11,2 miliar sekitar Rp 174,4 triliun (kurs Rp 15.570/US$) untuk memungkinkan perusahaan memenuhi tenggat waktu pembayaran yang akan datang.
Pemberian pinjaman masih belum pasti, lapor media pemerintah Cailianshe, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang dekat dengan potensi kesepakatan tersebut.
Media pemerintah lainnya, Economic Observer, melaporkan bahwa beberapa perusahaan asuransi telah mengirimkan tim ke kantor pusat Vanke untuk putaran baru negosiasi utang dalam upaya menghindari gagal bayar. CNN telah menghubungi Vanke untuk memberikan komentar.
Didirikan pada tahun 1984 di Shenzhen, Vanke adalah perusahaan unggulan di sektor properti China. Pendirinya, Wang Shi, dianggap sebagai 'Godfather' industri ini dan disamakan dengan Donald Trump oleh majalah Time.
Ini adalah perusahaan properti pertama yang terdaftar di China daratan, yang melakukan IPO besar-besaran pada tahun 1991 di Bursa Efek Shenzhen yang masih baru lahir.
Pada tahun 2017, untuk menangkis tawaran pengambilalihan yang dilakukan oleh aktivis investor China, perusahaan tersebut membiarkan pemerintah Shenzhen turun tangan sebagai pemegang saham utamanya.
Saat ini, 33,4% saham Vanke dimiliki oleh Metro Shenzhen, yang dikendalikan oleh kota tersebut, menurut Refinitiv Eikon.
(dna/zlf)