Masih ingatkah dengan kabar yang sempat viral mengenai rumah milik pasangan lansia di Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat yang lokasinya yang 'terhimpit hotel'. Rumah 'terhimpit hotel' tersebut hanya bisa diakses melalui saluran air atau got yang ada di dekatnya.
Pemilik rumah tersebut, Ngadenin dan Nur, harus pindah tempat tinggal karena tidak memiliki akses keluar-masuk. Mereka terpaksa tinggal di warung sate miliknya selama 3 tahun.
Sudah 7 bulan berlalu sejak pemberitaan rumahnya viral, bagaimana keadaan rumah milik Ngadenin dan Nur sekarang?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata, rumah milik pasangan tersebut masih belum ada perubahan. Akses jalannya masih hanya melalui got yang tidak jauh dari rumahnya. Ngadenin dan istri juga masih tinggal di warung sate miliknya.
"Masih, masih tinggal di warung," tutur Ngadenin ketika dihubungi detikcom, ditulis Selasa (5/3/2024).
Ngadenin bercerita, hingga saat ini masalah terkait rumahnya yang 'terhimpit hotel' masih belum menemukan titik terang. Dari pengakuan Ngadenin dan Nur, baik dari pihak pemerintah setempat, lembaga bantuan hukum (LBH) yang sempat membantunya, maupun pihak hotel masih belum ada pembicaraan bersama mengenai nasib rumahnya. Ngadenin berharap, ia dan pihak tersebut dapat duduk bersama untuk berdiskusi mengenai nasib rumahnya.
"Saya itu, masalah ini, yang penting itu kita bisa ketemu ngobrol bareng, jadi saling terbuka. Andai kata hotel itu ada kendala, keberatan benar, umpamanya ya kan kita (jadi) tahu," tuturnya.
Kini, ia hanya berharap rumahnya itu bisa terjual. Sebab, kebutuhan ekonomi keluarganya sudah sangat mendesak.
"Ya kita memang kalau ada yang bantu kita, saya sangat-sangat mengharapkan mbak pertolongan siapa saja, biar ada solusi rumah saya yang tertutup bisa jadi duit aja. Saya memang benar-benar perlunya duit," ujarnya.
detikProperti sudah mencoba untuk menghubungi salah satu anggota keluarga pihak hotel, namun hingga berita ini diturunkan masih belum ada respons terkait hal tersebut.
Sebelumnya diberitakan, Ngadenin sudah tinggal di rumah tersebut cukup lama. Pada awal membeli rumah tersebut, ia tidak tahu akan berakhir tidak memiliki jalan keluar-masuk karena 'terhimpit hotel'. Ia mengaku tidak ada informasi soal rencana pembangunan hotel yang berakhir menutup akses jalan rumahnya.
"Tadinya jalan itu sudah diwakafkan untuk masyarakat. Akhirnya dijual dan dibeli hotel. Akhirnya dibangun setinggi kurang lebih 15 meter, kita dikurung, dikotak. Akhirnya kita nggak bisa keluar masuk. Satu-satunya jalan kita itu harus melewati got," kata Ngadenin kepada detikcom di rumahnya, Jalan Jatiwaringin Raya, Pondok Gede, Bekasi, Sabtu (15/7/2023).
Padahal, saat ingin membeli rumah, Ngadenin menjelaskan perjanjian awal dengan si pemilik tanah jalan tersebut merupakan tanah wakaf. Tapi akhirnya dijual ke pihak Hotel tanpa bicara lebih dulu kepadanya.
"Jalan itu dijual secara diam-diam, padahal saya sudah jelaskan (waktu itu) saya mau beli rumah di situ tapi jalannya bagaimana? Jalan sudah diwakafkan. Awal mula perjanjian seperti itu, tapi kemudian malah (jalannya) dijual ke pihak hotel," ujar Ngadenin.
Di sisi lain, pihak hotel membantah menutup akses jalan rumah Ngadenin. Herlambang, adik paling kecil dari pemilik hotel tersebut menyebutkan bahwa menutup akses jalan menuju rumah Ngadenin bukan dari pihak hotel, melainkan warga.
"Kemarin di kecamatan sudah diklarifikasi bahwa jalan Pak Ngadenin itu yang menutup bukan hotel, tapi rumah warga. Hotel menutup tembok itu memang batas pekarangan yang ada alas hak sertifikatnya," tuturnya kepada detikProperti, Sabtu (15/7/2023).
(abr/abr)