Sebuah pemukiman di Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat mengalami pergerakan tanah yang menyebabkan belasan bangunan rusak dan jalanan ambles. Hal ini membuat pemukiman tersebut tiba-tiba menjadi 'kampung mati'.
Sebanyak delapan rumah, satu sekolah, serta satu posyandu rusak akibat pergerakan tanah. Selain ambruk, sebagian rumah juga terangkat karena permukaan tanah menjadi bergelombang.
Jalan kampung tersebut juga ambles dengan kedalaman sekitar dua sampai empat meter. Sejak kejadian pada 19 Februari itu, warga mulai meninggalkan rumah-rumah mereka dan aktivitas sekolah dialihkan ke tempat lain. Total ada 48 kepala keluarga (KK) atau sekitar 192 jiwa yang diungsikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Desa Cibedug Engkus Kustendi menjelaskan pergerakan tanah terasa seperti gempa bumi. Tanah terus bergerak setiap jamnya, meskipun pergeserannya tak selalu bisa dirasakan warga. Menurutnya, dengan terus bergeraknya tanah, kondisi kerusakan rumah pun akan semakin bertambah.
Sementara, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memprediksi pergerakan tanah tersebut tidak akan meluas karena sudah terlokalisir dengan batas rekahan tanah yang berbentuk tapal kuda.
Melansir dari BPBD Kabupaten Bogor, tanah bergerak merupakan perpindahan massa tanah atau batu pada arah tegak, mendatar, atau miring dari posisi semula. Gerakan tanah mencakup gerak rayapan dan aliran maupun longsoran.
Tanah sendiri tak selalu bisa diandalkan karena ada banyak hal yang dapat membuat tanah justru menjadinya berbahaya. Tak heran kerap ada kejadian atau bencana yang menyebabkan tanah tersebut dapat bergerak.
Kondisi tanah bergerak pada longsor misalnya dapat terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari pada gaya penahan.
Adapun gaya penahan dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah, sementara gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis batuan.
Selain itu, pergerakan tanah bisa disebabkan oleh beberapa penyebab di antaranya erosi, tanah jenuh air, gempa bumi, dan beban berlebih.
Kemudian, faktor yang dapat mempengaruhi fenomena tersebut adalah kondisi geologi (batuan tanah dan struktur geologi), curah hujan, penggunaan hujan, dan aktivitas manusia.
(dna/dna)