Industri furnitur saat ini diharapkan bisa meningkat lagi. Pasalnya, beberapa tahun lalu sempat lesu akibat pandemi COVID-19 serta adanya perang Ukraina-Rusia yang membuat pengiriman ekspor terkendala.
Meski pandemi COVID-19 telah usai, ternyata masih ada berbagai tantangan lainnya yang harus dihadapi oleh industri furnitur. Salah satunya terkait kebijakan Uni Eropa yaitu European Union Deforestation-free Regulation (EUDR). Kebijakan itu mewajibkan agar semua produk yang masuk kawasan Uni Eropa merupakan barang yang bebas deforestasi.
Selain itu, masih ada tantangan lainnya yaitu ekonomi dunia yang belum stabil dan cenderung mengalami penurunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kalau kita berharap dari pasar tradisional, seperti Eropa ada hambatan seperti EUDR, kemudian Amerikanya inflasi besar, berat sekali. Penurunan di 2023 hingga 28% kan secara signifikan ke pasar tradisional terutama Amerika, nah ini harus berani keluar dari zona nyaman karena ketika ekonomi menciut, maka porsi kue yang dibaginya semakin kecil, pertempuran akan semakin berat," ujar Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur dalam konferensi pers di JIExpo Kemayoran, Kamis (29/2/2024).
Maka dari itu, sebuah strategi untuk mengantisipasi tantangan-tangan yang ada. Sobur mengatakan, salah satu caranya adalah menonjolkan keunikan produk-produk dalam negeri di kancah global.
"Salah satu strategi yang dibangun adalah keunikan yang dimiliki bangsa kita, katakanlah yang berbasis local content, seperti craft, ukir, anyam," ungkapnya.
Selain itu, bisa juga mulai meningkatkan penjualan di pasar lokal, misalnya untuk pengadaan furnitur di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Sobur menuturkan, dengan adanya proyek pembangunan IKN bisa menjadi peluang besar bagi industri furnitur untuk kembali bangkit.
Tak hanya itu, menurutnya kualitas produk lokal yang berada di bawah asosiasinya ini memiliki kualitas ekspor, sehingga tidak perlu diragukan lagi.
"IKN adalah suatu peluang untuk kita semua, mungkin pesannya nanti jangan sampai pemerintah beli baeang impor deh karena soal urusan kualitas, ini jauh lebih baik dibanding barang-barang yang ada di mana pun," ujarnya.
"Barang yang kita punya ini kualitas ekspor, jadi IKN bisa diisi barang oleh yang kita miliki, saya rasa itu akan lebih baik dan peluang itu akan sangat besar karena pembangunan IKN makan waktu puluhan tahun," sambungnya.
Sementara itu, Wakil Ketua HIMKI Bidang Promosi dan Pemasaran, Djudjuk Aryati menambahkan bahwa target pasar ekspor Indonesia harus dikembangkan, jadi tidak melulu ekspor ke Amerika dan Eropa. Saat ini, pasar furnitur Indonesia mulai membidik emerging market atau ekonomi negara berkembang yang mulai masuk ke pasar global, seperti India dan Timur Tengah.
"Target kita selain untuk target eksisting negara-negara yang biasa untuk ekspor, kita juga memaksimalkan masuk ke emerging market, seperti 2 tahun kemarin dan tahun ini himki ada pameran di India. Karena menurut saya India memiliki pasar yang potensi sekali, secara populasi, pertumbuhan ekonomi, kemudian secara persentase produktivitas istilahnya umur untuk demografinya untuk long term sebagai market baru yang harus kita target, India menurut saya sangat bagus," jelasnya.
"Kemudian middle East juga, terutama mungkin juga Afrika. Jadi kita mungkin memiliki target-target pasar yang non-tradisional. Dari tahun kemarin dan tahun ini kami menargetkan untuk melakukan expand lebih banyak ke negara-negara Amerika latin," tambahnya.
Sebagai informasi, saat ini sedang ada pameran furnitur terbesar di Indonesia yaitu International Furniture Expo (IFEC). Apabila kamu ingin melihat berbagai produk furnitur lokal yang menembus pasar ekspor, kamu bisa datang ke pameran furnitur internasional IFEX di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Pameran berbasis Business to Business (B2B) ini diselenggarakan pada 29 Februari-3 Maret 2024 sejak pukul 09.00-20.00 WIB. Untuk registrasinya, jika dilakukan pada 29 Februari-2 Maret dikenakan biaya Rp 165.000 dan pada tanggal 3 Maret 2024 dikenakan biaya Rp 100.000.
Adapun, dari pameran ini ditargetkan terdapat transaksi sekitar US$ 300 juta atau Rp 4,5 triliun.
(abr/dna)