Nama raksasa properti China, Country Garden kembali mencuat setelah menerima petisi penutupan yang diajukan oleh Ever Credit, unit yang dimiliki sepenuhnya oleh Kingboard Holdings.

Mengutip laporan South China Morning Post yang dikutip hari ini, Rabu (28/2/2024), petisi yang dilontarkan pada hari Selasa itu dilatarbelakangi tidak dilunasinya pinjaman berjangka senilai sekitar HK$ 1,6 miliar (US$ 204 juta) atau setara Rp 3,4 triliun (kurs Rp 16.700/US$). Itu belum termasuk bunga yang masih harus dibayar.

Petisi penutupan yang dicatatkan pada bursa Hong Kong Rabu pagi ini dan sidang pertamanya dijadwalkan akan berlangsung pada 17 Mei mendatang.

"Jumlah utang perusahaan kami yang terlibat dalam kasus ini menyumbang proporsi yang sangat rendah terhadap keseluruhan kewajiban luar negeri, dan tindakan agresif dari [seorang] kreditor tunggal tidak akan berdampak signifikan pada jaminan penyerahan rumah, operasi normal, dan jaminan pengiriman rumah perusahaan kami, serta restrukturisasi utang luar negeri secara keseluruhan," kata kata pihak Country Garden.

Sementara itu, berkenaan dengan petisi yang diterima pihak perusahaan, Country Garden telah menunjuk firma hukum KPMG China untuk membantu restrukturisasi kewajiban luar negerinya.

"Perusahaan sangat menolak petisi tersebut dan akan meminta nasihat hukum serta mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membela diri dengan tegas dan tepat melalui tim penasihatnya," sambung pihak Country Garden lagi.

Raksasa properti China ini memang diketahui tengah dirundung banyak masalah keuangan. Selain petisi penutupan tersebut, ada pula masalah utang US$ 191 miliar atau setara Rp 2.875 triliun yang berpotensi gagal bayar yang dialami perusahaan pada 2023 silam.

Belum kelar masalah itu, timbul masalah baru yakni ada 1 juta unit rumah yang mangkrak gegara masalah yang dihadapi oleh Country Garden.

Dalam laporan Reuters yang dimuat pada Rabu (23/8/2023) silam, Country Garden tercatat masih punya proyek 1 juta unit rumah untuk diselesaikan, menurut Bank Nomura asal Jepang.

Belum diketahui secara umum apakah proyek itu terhenti karena keadaan finansial.

Pada 10 Agustus lalu, Country Garden mengatakan pihaknya akan berusaha keras untuk memastikan penyediaan apartemen dan akan memastikan pengoperasian proyek secara nasional untuk memenuhi komitmennya kepada pembeli rumah.

Country Garden membangun kesuksesannya dengan menjual sejumlah besar unit secara cepat dengan margin rendah dan menjanjikan "kehidupan bintang lima" di kota-kota kecil yang kurang populer.

Tianjin memiliki sekitar selusin proyek Country Garden, dengan sebagian besar telah selesai dan diserahkan, kata Gao Fei, manajer penasihat investasi di Centaline Property Agency cabang Tianjin.

Gao mengatakan proyek konstruksi yang dihentikan relatif jarang di kota itu, mewakili sekitar selusin dari 300 lokasi untuk dijual, tetapi memang ada proyek yang kemajuan pembangunannya melambat.

"Di China, itu adalah fenomena umum karena sekarang semua pengembang mengontrol ritme konstruksi berdasarkan tingkat penjualan. Jadi begitu penjualan melambat, konstruksi juga akan melambat," kata Gao kepada Reuters.

Keyakinan di sektor ini terpukul besar tahun lalu setelah banyak pembeli rumah China mengancam akan berhenti membayar KPR, karena pengembang berhenti membangun proyek perumahan pra-jual karena kekurangan likuiditas dan pembatasan COVID-19 yang ketat.