Sinar Mas Land telah menyiapkan 1.400 unit properti yang terdiri dari apartemen, rumah tapak, ruko, kaveling, hingga kios untuk program nasional mereka tahun ini yang bertajuk Infinite Living.
Melihat tahun 2023, rata-rata pembeli mereka berusia 28-40 tahun yang berarti berasal dari kaum milenial. Direktur PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), Hermawan Wijaya, mengatakan Sinar Mas Land juga telah menyiapkan rumah khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka di tahun ini.
"Saya rasa udah sejak pandemi kita sudah masuk pasar millenial. Pasti rising pointnya kita sesuaikan. Cicilan yang bisa mereka jangkau. Apalagi setelah pandemi. Mereka ingin (hunian) lebih compact, desainnya lebih modern. Semoga abis beli yang Millenial House bisa (pilih rumah) lebih komplit lagi," ungkap Hermawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk bangunan Millenial House ini, mereka menyiapkan hunian yang menyesuaikan dengan bangunan dan tanah.
Konsumen bisa mengecek kondisi bangunan dan tanah tersebut secara langsung di beberapa proyek properti milik Sinar Mas Land. Bisa pula melalui e-katalog yang dimuat di situs resmi mereka jika kondisi tidak memungkinkan untuk datang langsung.
"Memang dengan membeli properti build digital itu mempercepat di pelosok tanah air dapat melihat kondisi unit. Bisa melihat rumah contoh melalui gadgetnya. Itu sangat membantu dan faktual dengan market kita saat ini. Kita juga punya digital hub," kata Deputy Group CEO Strategic and Assets Sinar Mas Land.
Sementara itu, pada tahun 2024 Sinar Mas Land telah menargetkan prapenjualan mereka bisa menembus Rp 9,5 triliun. Sebenarnya target prapenjualan ini sama seperti pendapatan mereka pada 2023 yang mengalami pelesatan dari prapenjualan awal, dari Rp 8,8 triliun menjadi Rp 9,5 triliun.
"Target yang udah dicanangkan sudah memperhitungkan semua faktor yang mungkin terjadi di 2024. Target ini flat dari pencapaian 2023. Karena kita merasa ada tantangan di 2024. Pencapaiannya bisa lebih dari itu atau kurang dari itu. Cara untuk mencapai salah satunya dengan program Infinite Living," jelas Hermawan.
Hermawan Wijaya mengatakan selama 4 tahun terakhir properti yang paling banyak dibeli berada di kisaran harga 1,5-2,5 miliar. Tentu daya beli ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
"Tantangan akan sama juga dengan tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya ada tingkat kemampuan dari customer untuk membeli produk. Bagaimana caranya kita membuat customer kita itu mampu membeli produk kita dengan cara yang macam-macam, seperti cash atau cicil bertahap dan KPR. Kebetulan pada 2023 tingkat suku bunga yang ditawarkan cukup rendah, termasuk tenor juga lebih panjang," sebutnya.
Selain itu, Sinar Mas Land juga melihat daya beli properti yang meningkat terjadi jika konsumen merasa ke depannya mereka memiliki pekerjaan yang tetap dan pendapatan yang stabil per bulannya. Kepastian ini mendasari keputusan konsumen untuk mengambil cicilan properti atau tidak.
"Karena bagaimana pun rumah ini adalah salah satu alat untuk pelindung nilai terhadap inflasi. Jadi kalau misalnya properti itu jangan dilihat satu tahun, tetapi lihat 10 tahun. Pasti kenaikannya itu lebih tinggi dari tingkat suku bunga," kata Hermawan.
"Dan ini salah satu yang harus kita edukasi juga kepada generasi milenial dan gen z yang ada pertimbangan lain saat membeli rumah, ngapain beli rumah? Sebenarnya membeli rumah tidak ada ruginya," pungkasnya.
(aqi/dna)