.webp)
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Kabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo menilai industri arsitektur bisa menjadi daya tarik wisata Indonesia. Ia menyebutkan pemerintah melihat industri arsitektur ke depan sangat prospektif dan positif. Sebab, didukung juga oleh investasi pariwisata di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Di tahun 2023, tercatat investasi pariwisata di Indonesia mencapai lebih dari Rp 45 triliun. Kita harapkan gambaran ini bisa mendorong industri arsitektur. Karena kita melihat ada tren ke depan bahwa arsitektur sebagai daya tarik pariwisata," ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (24/2/2024).
Selanjutnya, Angela menjelaskan potensi alam dan budaya lokal yang ditunjang dengan kehadiran arsitektur dan desain interior memberikan kenyamanan dan nilai karya seni pada akomodasi pariwisata. Akomodasi seperti hotel, vila, hingga restoran yang menurutnya akan menjadi magnet bagi wisatawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi bukan hanya sekadar gedung, melainkan melalui bangunan-bangunan tersebut muncul suatu esensi budaya yang ditonjolkan atau bahkan keunikan tiap daerah tergantung di mana bangunan itu didirikan. Tentu ini akan menjadi storytelling yang kuat," terangnya.
Tak hanya itu, menurut Angela, arsitektur sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif Indonesia memiliki kaitan erat dengan pariwisata. Apabila sektor pariwisata berkembang, maka ekonomi kreatif juga turut berkembang.
"Dan jika kita bisa sama-sama memajukan industri arsitektur, sama halnya dengan kita memajukan ekonomi kreatif," sambungnya.
Dengan adanya pameran dan forum arsitektur ARCH:ID 2024 yang merupakan hasil kolaborasi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dengan PT CIS Exhibition, Angela bertahap kegiatan tersebut bisa menjadi wadah bagi semua pemangku kepentingan untuk memajukan industri arsitektur.
Sementara itu, Ketua Umum IAI Georgius Budi menyatakan dalam edisi keempat ARCH:ID yang digelar pada 22-25 Februari 2024 mengangkat tema 'Placemaking: Tolerance'. Tema tersebut mengangkat peran arsitektur sebagai jembatan untuk membangun harmonisasi hubungan antarmanusia, pengembangan kota, pelestarian alam, yang diintegrasikan dengan teknologi.
Georgius berharap ARCH:ID kali ini bisa menjadi ruang bagi para pemangku kepentingan, terutama di subsektor arsitektur untuk berbagi gagasan, pengalaman serta membangun jejaring. Kemudian, juga menjadi ruang stakeholder arsitektur Indonesia dari hulu ke hilir bersama-sama membangun arsitektur sebagai bagian dari peradaban.
"Arsitektur itu adalah komponen dalam menggagas peradaban. Jadi peradaban yang tercipta itu juga terlihat dari seperti apa arsiteknya. Yang membedakan dari ARCH:ID tahun ini pertama dari sisi volume yang menggunakan 2 hall, begitu juga dari jumlah peserta yang ikut tahun ini mencapai 150 exhibitor," katanya.
Di sisi lain, ADJ Architecture dari Malaysia, Alvin Lim mengatakan pameran ini adalah suatu bukti arsitek di Indonesia berkembang dan memberi instruksi kepada material-material, inovasi ke benda-benda, kepada industri tentang perkembangan di Indonesia.
"Harapan saya dengan adanya ARCH:ID, dunia arsitektur di Indonesia bisa lebih berkembang, lebih besar dan lebih banyak arsitek-arsitek dari Indonesia yang akan datang untuk menggelar pameran ini," ungkapnya.
(abr/abr)
