Ruang perkantoran di Jakarta, khususnya di kawasan Central Business District (CBD) masih banyak yang kosong atau sering dianalogikan diisi 'hantu'. Dari total pasokan ruang kantor di CBD Jakarta sebesar 7.285.585 m2, ada 1.838.003 m2 ruang kosong atau sekitar 25%.
Bahkan, persentase ruang kosong perkantoran di CBD Jakarta ini lebih tinggi dari rata-rata tingkat kekosongan ruang kantor premium di Asia Pasifik yang sebesar 10%. Hal itu diungkapkan oleh Senior Advisor Research Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat.
"Kita perlu mewaspadai bahwa ruang kosong saat ini di perkantoran CBD Jakarta ada 1,8 juta m2. Ini jadi PR kita bersama bagaimana meningkatkan performa sektor ini ke depan setelah proses-proses pemilu ini selesai," tuturnya dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring, Rabu (21/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau demikian, Syarifah mengatakan bahwa terjadi peningkatan tipis pada tingkat hunian ruang kantor di CBD Jakarta. Pada 2023, tingkat okupansi ruang kantor di CBD Jakarta sekitar 73%, kini menjadi 74,77%.
"Tingkat hunian meningkat tipis di angka 74,77%, seperti kita tahu tingkat hunian di awal tahun 2023 berada di angka 73% jadi saya rasa ini perlahan menaik, meningkat di kondisi yang cukup challenging. Occupancy rate memang relatif sedikit meningkat," paparnya.
Sementara itu, Associate Director Occupier Strategy and Solutions Knight Frank Indonesia, Andi Rina Martianti membeberkan penyebab kosongnya ruang kantor di CBD Jakarta. Salah satunya karena adanya pandemi COVID-19 yang membuat banyak orang sadar bahwa bekerja bisa dilakukan dari mana saja tanpa harus pergi ke kantor.
"Mereka akhirnya menyadari bahwa mereka bisa bekerja dengan sistem hybrid atau terutama untuk sektor finansial mereka bisa melakukan dengan teknologi digital banking jadi mereka basicly melakukan downsizing atau pengurangan area luas (kantor)," paparnya.
Selain itu, adanya upgrading tenant atau penyewa yang berpindah kantor. Misalnya, dulu perusahaan A memiliki kantor yang cukup luas. Namun, karena kebijakan regional untuk pindah ke gedung dengan sertifikat green building, maka perusahaan A pindah kantor ke gedung yang memiliki tempat yang efisien dan penggunaan ruang kantor yang tidak terlalu besar.
Untuk menarik minat penyewa, Rina menyarankan para landlord atau tuan tanah untuk beradaptasi dan mulai mengikuti keinginan para penyewa. Misalnya memudahkan persyaratan untuk menyewa gedung.
"Landlord harus beradaptasi dan berusaha memenuhi permintaan dari para penyewa. jadi mungkin lebih fleksibel pada terms & conditions-nya, maksudnya tidak kaku. terus beradaptasi dengan permintaan yang sekarang sedang tren seperti green sertifikat," ujarnya.
Untuk diketahui, harga sewa ruang kantor relatif stagnan. Hanya pada gedung grade premium dan grade b yang mengalami penurunan. Berikut ini rinciannya.
- Premium: Rp 403.214/m2/bulan
- Grade A: Rp 317.315/m2/bulan
- Grade B: Rp 260.743/m2/bulan
- Grade C: Rp 228.726/m2/bulan
Terdapat beberapa potensi penyewa ruang kantor di CBD Jakarta, seperti di bidang IT, Finance, Shipping, Tambang, Trading, Otomotif, Logistik, dan lainnya.
(abr/zlf)