Nama BSD agaknya sudah lekat di ingatan banyak orang. Kawasan kota mandiri yang berlokasi di Tangerang Selatan ini tengah berkembang pesat menjadi salah satu kawasan di luar Jakarta yang cukup diperhitungkan.
Fasilitas lengkap dengan akses yang mudah dari Jakarta sebagai pusat ekonomi paling sibuk di Indonesia saat ini membuat kawasan BSD semakin dilirik.
Benar saja, BSD City saat ini dapat dijangkau dengan transportasi umum, Commuter Line yang terkoneksi denganlayanan shuttle bus (Intermoda BSD) yang nyambung dari Stasiun Cisauk menuju pusat perbelanjaan seperti AEON Mall BSD City.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain AEON, di BSD City ada banyak tempat yang bisa dikunjungi untuk kulineran atau sekedar hang-out. The Breeze, mal 'tanpa dinding' yang berkonsep open air, misalnya. Di situ juga tersedia area jogging maupun bersepeda, dan lainnya.
Beralih ke sisi lain Jakarta, ada pula kawasan Kota Deltamas yang tersohor dengan pengembangan data centernya.
Dengan luas area Β± 3.200 hektare, Township tersebut mengintegrasikan area hunian, komersial dan kawasan industri GIIC (Greenland International Industrial Center) bertaraf internasional yang dilengkapi dengan pengelolaan air bersih (WTP), pengolahan limbah (WWTP), penggunaan sumber daya listrik green renewable electricity dari PLN, fiber optik dan area hijau.
Akses dan lokasi menjadi salah satu faktor penting dalam investasi properti. Berlokasi di Cikarang, Kota Deltamas memiliki akses tol langsung Jakarta-Cikampek, tepatnya di KM 37 dan akses Jalan Tol Jakarta-Cikampek Selatan di KM 31 saat ini sedang dibangun pemerintah dengan target beroperasi di akhir tahun 2023.
Selain itu Kota Deltamas terintegrasi dengan stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang rencana akan mulai beroperasi pada tahun ini.
Kedua kawasan kota mandiri ini hanya lah contoh dari sekian banyak proyek hunian dan kawasan properti komersial yang dikembangkan oleh Sinar Mas lewat anak usahanya Sinara Mas Land.
Pertanyaannya, siapa pemilik 'kerajaan' bisnis Sinar Mas?
Sinar Mas didirikan oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja pada 1962 di Surabaya. Semasa hidup, sosoknya dikenal sebagai pengusaha dan konglomerat sukses di Indonesia yang mendirikan dan berhasil membawa Sinar Mas jadi salah satu perusahaan terbesar di tanah air.
Sinar Mas memiliki 7 pilar bisnis diantaranya di bidang real estat, agribisnis dan makanan, kesehatan, jasa keuangan, penyedia pasokan listrik, pabrik kertas, hingga telekomunikasi.
Mulanya, Sinar Mas berdiri dengan bisnis awal berupa pabrik penyulingan minyak nabati dengan nama Sinar Mas Agribussiness and Food.
Lalu sepuluh tahun kemudian atau 1972, perusahaan tersebut merambah bisnis di bidang percetakan yakni mengakuisisi pabrik soda kimia dan kertas serta merambah ke bisnis pengembang dan real estat bersama dengan PT Duta Pertiwi dan PT Bumi Serpong Damai Tbk.
Mengutip dari situs Sinar Mas Land, pihaknya telah memiliki 10.000 hektar bank tanah (landbank) dan telah mengembangkan banyak hunian di 26 kota baik di Indonesia dan mancanegara seperti China, Malaysia, dan Singapura.
Beberapa properti perumahan yang dikembangkan oleh 2 perusahaan di bawah Sinar Mas Land PT Duta Pertiwi dan PT Bumi Serpong Damai Tbk diantaranya BSD City, Taman Permata Buana, Telaga Golf Sawangan, Wisata Bukit Mas dan masih banyak lagi.
Saat ini Sinar Mas Land dipimpin oleh Muktar Widjaja alias Oei Siong Lian, sementara bos dari Sinar Mas Group adalah Franky Oesman Widjaja alias Oei Jong Nian.
Profil Eka Tjipta Widjaja
Sebelum Sinar Mas sukses seperti saat ini, Eka Tjipta Widjaja diketahui sempat menjual biskuit, permen, dan barang lainnya dari pintu ke pintu. Saat dia datang ke Makassar dari Quanzhou, China usianya baru 9 tahun. Dia ikut dengan ayahnya merantau untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.
Tabungan dari berjualan biskuit dari rumah ke rumah itu akhirnya cukup untuk merenovasi rumah orangtuanya yang dindingnya terbuat dari bambu (gedhek), dan atapnya dari daun rumbia.
Pada 1949, usaha yang dijalankan oleh keluarga Eka Tjipta Widjaja diperbesar dengan membuka toko kelontong yang menjual Kopra, Kelapa Sawit, dan Kertas.
Bisnis toko kelontong itu ternyata tidak bertahan lama. Setelah itu dia beralih membuka usaha lebih serius dengan membangun CV Sinar Mas di Surabaya yang memiliki pabrik minyak goreng serta pabrik kertas, dan bubur kertas.
Kali ini bisnisnya dapat berkembang meski mengalami beberapa guncangan, termasuk saat krisis ekonomi di 1998 lalu. Namun, saat itu Sinar Mas berhasil melewati krisis dengan baik. Eka Tjipta Widjaja bisa melebarkan lini bisnisnya ke bidang penyediaan energi, perdagangan besar, serta infrastruktur telekomunikasi.
Setelah lebih dari 50 tahun, posisi bos Sinar Mas jatuh kepada putranya, Franky Oesman Widjaja yang diangkat sebagai Komisaris Utama PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) yang dipilih dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 15 Juli 2020.
Eka Tjipta Widjaja tutup usia pada 26 Januari 2019 silam pada usia 97 tahun. Per Desember 2023, jumlah kekayaan Eka Tjipta Widjaja dan keluarganya berkisar US$ 10,8 miliar atau setara dengan Rp 168 triliun. Keluarga Widjaja menduduki posisi keempat orang terkaya di Indonesia menurut Forbes.
(aqi/dna)