Memiliki rumah dengan ukuran tiga kamar tidur atau lebih cukup untuk dihuni oleh generasi muda yang memiliki anak. Namun, beberapa faktor seperti kenaikan harga rumah yang lebih cepat dibanding upah, tingkat suku bunga agunan yang tinggi selama 23 tahun terakhir, serta kekurangan rumah di seluruh negeri membuat generasi muda seperti milenial dan Gen Z membuat mereka mengalami kesulitan membeli rumah.
Sementara itu, generasi boomer memilih menua di rumah besar mereka karena jika dijual pun mereka tidak tahu akan tinggal ke mana.
Dikutip dari CNN Business, Senin (22/1/2024), menurut analisis Redfin generasi boomer memiliki rumah besar kosong sebanyak 28%, generasi milenial yang sudah berkeluarga sebanyak 14%. sementara, keluarga gen Z yang memiliki rumah dengan tiga kamar tidur atau lebih sebanyak 0,3%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang ahli ekonomi di Redfin, Sheharyar Bokhari melakukan analisis terhadap ketiga generasi ini mengenai kekurangan rumah. Menurut laporan dalam data sensus 2022 mendefinisikan kelompok usia adalah sebagai berikut.
Generasi Z dewasa berusia 19-25 tahun, generasi milenial berusia 26-41 tahun, generasi X berusia 42-57 tahun, dan generasi baby boomer usia 58-76 tahun. Di AS jumlah terbesar didominasi oleh populasi orang dewasa yakni sekitar 28% generasi milenial.
"Boomer menyukai rumah mereka. Bahkan jika mereka memang ingin menjualnya, kini harganya menjadi sangat mahal bagi banyak generasi Milenial. Ini adalah rumah yang lebih besar dimana hanya ada satu atau dua orang yang tinggal di sana dan biasanya mereka membelinya beberapa waktu lalu sehingga memiliki nilai," ucap Sheharyar.
Menurut penelitian ini adalah perubahan dari norma sejarah. Sepuluh tahun yang lalu keluarga muda bisa saja mendapat nilai jika tinggal dirumah kosong, seperti orang yang tinggal di rumah besar. Meskipun generasi Milenial yang memiliki anak rata-rata memiliki rumah berukuran setengah dari jumlah penghuni rumah kosong.
Generasi Milenial menyumbang sekitar 28% dari populasi orang dewasa di negara ini, artinya jumlah populasi terbesar dibandingkan generasi mana pun. Karena jumlah rumah yang tidak dapat memenuhi permintaan, pencapaian untuk membeli rumah semakin tidak terjangkau sehingga banyak generasi milenial yang menunda untuk memiliki anak dan fokus bekerja agar tetap stabil dalam keluarga dan karier.
Adapun faktor banyak generasi boomer yang memilih tidak berpisah dengan rumah mereka sebagai berikut.
Sebagian Penghuni Menetapkan Kebijakan Rate Lock-In
Banyak pemilik rumah dari segala usia kini sedikit yang ingin menjual rumah karena ini bisa merusak persediaan rumah untuk dijual sekaligus menjaga rumah dalam keadaan harga tetap tinggi. Meskipun pemilik rumah kini memiliki tingkat ekuitas rumah yang tinggi, insentif dalam penjualan rumah masih kecil.
Menurut sebuah perusahaan data agunan, ICE Mortgage Technology, Lebih dari 90% pemilik rumah saat ini terdapat agunan dengan suku bunga 6% atau lebih rendah. Dengan rata-rata suku bunga saat ini dalam 30 tahun, pinjaman tetap masih berada sekitar 6,6% dan kebanyakan pemilik rumah yang ingin menjual atau membeli rumah lebih pilih mengambil suku bunga agunan lebih tinggi dari saat ini. Ini yang disebut dengan rate lock-in effect.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
"Setengah dari generasi Baby Boomer ini memiliki rumah mereka sendiri, sehingga kebijakan rate lock-in tidak berlaku bagi mereka. Mereka tidak hanya ingin pindah ke rumah yang lebih kecil meskipun di dalamnya hanya terdapat satu atau dua orang, atau hanya sepasang suami istri. Mereka memang menyukai rumah besar mereka," ucap Sheharyar
Bagi mereka yang memiliki rumah secara langsung, biaya bulanan rata-rata dipakai untuk hunian rumah, termasuk asuransi dan pajak properti, serta biaya lainnya berkisar antara US$ 612 setara dengan Rp 9,18 juta.
"Logikanya, para penghuni rumah kosong adalah kelompok yang paling mungkin menjual rumah berukuran besar dan yang pindah kerumah lebih kecil. Mereka tidak lagi memiliki anak yang tinggal di rumah dan tidak membutuhkan banyak ruang. Masalah bagi keluarga muda yang menginginkan generasi orang tua mereka mendaftarkan rumah besar mereka: Generasi Baby Boom tidak punya banyak motivasi untuk menjual, baik secara finansial atau lainnya."
Boomer Selalu Menyukai Rumah Mereka
Dibanding 10 tahun yang lalu, warga Amerika yang berusia lanjut usia saat ini memiliki porsi rumah yang jauh lebih besar sementara keluarga muda memiliki porsi yang lebih kecil. Pada tahun 2012, penghuni rumah kosong dimiliki dari generasi Silent, yakni usia 67-84 saat itu yang menempati 16% rumah dengan tiga kamar tidur atau lebih.
Jumlah ini lebih kecil dibanding generasi X yang memiliki anak dimana pada saat itu berkisar usia 32-47 tahun. Namun, generasi boomers yang saat itu berusia 48-66 tahun menempati rumah dengan tiga kamar tidur dan ukuran lebih besar.
Jumlah Rumah Besar Yang Dihuni Generasi Milenial
Keluarga muda kini banyak menempati bagian terkecil dari rumah besar di wilayah pesisir seperti California dan Florida, di mana harga rumah-rumah besar cenderung lebih mahal. Sebaliknya, wilayah tengah adalah kawasan kaum Milenial memiliki kepemilikan rumah terbesar dalam jumlah besar. Namun tidak ada kota di mana generasi Milenial yang memiliki anak mempunyai rumah yang lebih besar yakni hanya 18%.
Para penghuni rumah kosong setidaknya sebanyak 20% rumah besar di kota manapun di Amerika Serikat. Namun generasi millennial menempati bagian terkecil dari rumah dengan tiga kamar tidur lebih di kota-kota California seperti Riverside yakni 21,9% dan Salt Lake City sebesar 22% serta Austin, Texas, sebesar 22,2%.
Selanjutnya, Bagaimana?
Menurut Sheharyarsar ada sedikit keuntungan di tahun depan dimana diperkirakan ada keterjangkauan yang akan sedikit meningkat pada tahun 2024. Suku bunga agunan dikabarkan akan semakin turun selama tahun 2024 dan hal ini diperkirakan menurunkan biaya kepemilikan rumah bagi keluarga muda.
Ketika suku bunga agunan turun, beberapa pemilik rumah mungkin akan merasa adanya kesenjangan yang menyusut antara suku bunga agunan milik mereka dan suku bunga terkini untuk rumah lain, sehingga penjualan akan lebih disukai. Tetapi meskipun begitu, Sheharyar menyatakan bahwa calon pembeli rumah tetap menunggu fenomena "Silver Tsunami", yakni pemilik rumah tua yang dijual secara massal.
"Beberapa generasi Baby Boomer siap untuk downsize dan pindah ke kondominium atau pindah ke tempat baru untuk masa pensiun dan efek rate lock-in pada tingkat agunan mulai mereda, tetapi kemungkinan tidak akan ada persediaan yang meluap, pasti akan sedikit demi sedikit," tambahnya.