Penolakan warga Aceh terhadap kedatangan para pengungsi Rohingya belum usai. Warga Aceh memiliki alasan mereka menolak kehadiran para imigran asal Myanmar ini.
Melansir detikSumut, Kamis (14/12/2023), para pengungsi Rohingya berjumlah 490 orang mendarat kembali di Bireuen dan Pidie pada Minggu (19/11) bulan lalu. Mereka tiba di daratan sekitar pukul 02.00 dini hari di Kecamatan Gandapura, Bireuen, lalu berpencar ke empat desa lainnya, yaitu Lhok Mambang, Samuti Rayeuk, Samuti Krueng, dan Blang Rheu.
Kedatangan para pengungsi Rohingya tersebut mendapat penolakan warga. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, warga Aceh di keempat desa tersebut menilai bahwa para pengungsi Rohingya memberi kesan tidak baik bagi masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka memberi kesan tingkah laku dan perbuatan yang kurang baik, serta tidak sesuai dengan adat dan norma-norma peraturan desa," jelas Kabid Humas Polda Aceh Kombes Joko Krisdiyanto, dikutip dari detikSumut, Kamis (14/12/2023).
Meski tegas menolak, warga tetap memberikan bantuan kepada para pengungsi Rohingya. Bantuan tersebut berupa makanan, minuman, beras, dan pakaian.
Usut punya usut, para pengungsi Rohingya ini kabur dari Bangladesh dan di sana, mereka sudah disediakan tempat tinggal.
Pemerintah Bangladesh sendiri ternyata menyediakan rumah untuk para pengungsi Rohingya di sebuah pulau bernama Bhasan Char.
Melansir BBC, Kamis (14/12/2023), pemerintah Bangladesh menghabiskan dana sekitar US$ 350 juta atau setara dengan Rp 5,1 triliun untuk membangun kota baru di pulau tersebut. Di kota baru tersebut, terdapat blok raksasa yang terdiri dari ratusan rumah beratap merah yang dilengkapi dengan kamera pengawas.
Berjarak 60 km dari daratan utama Bangladesh, pulau tersebut memiliki dua sekolah, satu masjid, dua rumah sakit dengan kapasitas 40 ranjang, dan dua klinik komunitas.
Pembangunan kota baru di pulau terpencil ini merupakan upaya pemerintah Bangladesh mengatasi konflik yang terjadi di kamp pengungsian Cox's Bazar.
![]() |
Diketahui, aksi kekerasan, peredaran, narkoba, dan perdagangan manusia di kamp pengungsian tersebut semakin meningkat. Oleh karena itu, pemerintah Bangladesh merelokasi ribuan pengungsi ke pulau tersebut. Namun, relokasi tersebut ternyata dilakukan tanpa persetujuan para pengungsi Rohingya.
Sebanyak 306 pengungsi Rohingya direlokasi ke pulau Bhasan Car. Namun, banyak pengungsi yang merasa terisolasi selama tinggal di pulau tersebut. Belum lagi, risiko angin topan di pulau tersebut cukup tinggi. Pada tahun 1991 dan 1997, tercatat ada dua angin topan melintas dalam jarak yang sangat dekat dengan Pulau Bhasan Car.
"Rumah-rumah di Bhasan Char bagus, tapi terlihat seperti penjara. Di Cox's Bazar kami bermukim sebagai sebuah komunitas. Tapi di pulau, kebebasan kami akan dibatasi. Kami bakal diharuskan hidup di bawah pengawasan angkatan laut," kata Nur Hossain, salah satu pengungsi Rohingya, dikutip dari BBC, Kamis (14/12/2023).
Buat detikers yang punya permasalahan seputar rumah, tanah atau properti lain. Baik itu berkaitan dengan hukum, konstruksi, pembiayaan dan lainnya, tim detikProperti bisa bantu cari solusinya. Kirim pertanyaan Kamu via email ke tanya@detikproperti.com dengan subject 'Tanya detikProperti', nanti pertanyaan akan dijawab oleh pakar.
(zlf/zlf)