Sektor perhotelan di Jakarta masih dalam masa pemulihan setelah terjadinya pandemi COVID-19 pada 2020 lalu. Masuk tahun 2024, tingkat okupansi hotel di Jakarta diramal akan melesat.
Menurut laporan Analisis Pasar Properti: Refleksi 2023 dan Proyeksi 2024 yang dikeluarkan oleh Cushman & Wakefield, pada 2024 tingkat kekosongan kamar hotel di Jakarta akan terus membaik di level 34%. Hal ini tentunya menurun dari tingkat kekosongan tahun ini yang hampir 40%.
Adapun, tingkat kekosongan kamar pada 2023 terus mengalami penurunan. Saat ini, tingkat kekosongan kamar di hotel bintang 3 sebesar 33%, hotel bintang 4 sebesar 36,4%, hotel bintang 5 sebesar 33,9%, dan hotel luxury sebesar 40,3%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Turunnya tingkat kekosongan hotel ini dipicu dengan meningkatnya pengunjung. Pertumbuhan positif dari total pengunjung ke Jakarta berdampak pada semakin aktifnya kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) di Jakarta. Peningkatan kegiatan MICE ini contohnya seperti rapat institusi BUMN/kementerian/korporasi, konser musik internasional hingga pameran berdampak positif pada peningkatan permintaan kamar hotel di Jakarta.
Meningkatnya permintaan kamar beriringan dengan meningkatnya harga kamar per malam. Dari laporan yang sama, pada 2023 rata-rata harga kamar per malam yaitu:
- Untuk hotel bintang 3: Rp 460.570 per malam
- Hotel bintang 4: Rp 816.320 per malam
- Hotel bintang 5: Rp 1.791.130 per malam
- Hotel luxury: Rp 2.253.460 per malam
Harga kamar tersebut sudah kembali ke level sebelum pandemi COVID-19 di tahun 2019. Adapun, harga kamar per malam ini diproyeksikan meningkat sekitar 10-15% pada 2024 mendatang.
(abr/dna)