Gading Serpong sebagai kota mandiri dengan berbagai fasilitas dan infrastruktur lengkap serta memadai melalui perjalanan panjang untuk mencapai kesuksesannya seperti sekarang.
Setidaknya, PT Paramount Enterprise International (PEI) sebagai perusahaan pengembang Kota Gading Serpong membutuhkan waktu sekitar 17 tahun untuk menghasilkan produk terbaik yang bisa diterima khalayak yang mencakup residensial, perhotelan, layanan kesehatan, energi, dan lainnya.
"Kita bisa melihat betapa visionernya para pendiri Kota Gading Serpong yang saat itu terpikir untuk membangun sebuah konsep Jakarta Baru Cosmopolitan. Saat berpisah berbagai aturan ditetapkan dan dengan pemisahan itu malah membuat kawasan Gading Serpong ini menjadi sangat luar biasa. Rasanya belum ada pengembangan sebuah kawasan yang dilakukan bersama-sama dan menjadi semaju seperti kawasan Gading Serpong," ujar M. Nawawi, Presiden Direktur PEI, berdasarkan informasi yang didapatkan detikcom baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan Garding Serpong sebagai kota mandiri dimulai sejak dikembangkan secara joint antara Batik Keris Group dengan Summarecon sejak tahun 1993. Tahun 2006 kedua perusahaan berpisah dengan membagi kawasannya masing-masing 1.000 hektare untuk dikembangkan.
Pengembangan Garding Serpong kemudian dilanjutkan oleh PEI melalui arm business-nya Paramount Land.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Pada tahun 2012, kembali dibuka fasilitas untuk memenuhi kebutuhan kawasan yaitu Bethsaida Hospital, Fame Hotel GS, Parador Hotels & Resorts, dan sebagainya. Bukan hanya di Gading Serpong, PEI terus bergerak dengan mengembangkan Paramount Village Semarang sejak tahun 2013 termasuk menghadirkan Atria Hotel Malang.
Sampai saat ini, PEI telah mengelola sembilan hotel dengan enam, di antaranya di Gading Serpong. Terus bergerak, pada tahun 2017, hadir Seraphim Medical Center yang didirikan sebagai sistem pelayanan kesehatan yang inovatif untuk meningkatkan kesehatan dan gaya hidup yang lebih baik.
Tahun 2021 kembali dihadirkan sebuah kawasan township kompak seluas 400 hektare, yaitu Paramount Petals di Cikupa, Tangerang, Banten. PEI juga terus memperkuat layanan kesehatan dengan menghadirkan Bethsaida Hospital di Serang, Banten.
Untuk pengembangan propertinya, hingga saat ini, ada tiga proyek township yang tengah digarap, yaitu Gading Serpong, Paramount Petals, dan Paramount Village Semarang.
Untuk mempertahankan bisnis, Nawawi menyebut penyediaan tanah menjadi salah satu langkah yang paling krusial. Teorinya, jika sudah memasarkan 1 maka harus disiapkan lahan seluas 10 kalinya. Sebagai gambaran, Gading Serpong mengonsumsi tanah sekitar 18 hektare per tahun dan karena itu harus bisa disediakan lahan seluas 180 hektare.
"Di usia kami yang 17 tahun ini kami juga menyiapkan strategi yang dikemas dalam rencana pembangunan lima tahun (Repelita) sehingga bisnis yang kami lakukan bisa berkelanjutan. Untuk kawasan Gading Serpong sendiri lahan itu sudah sangat langka makanya kawasan ini akan difokuskan untuk menjadi recurring income perusahaan," jelasnya.
Saat ini, porsi recurring income perusahaan masih kurang dari 20%. Namun, dalam lima tahun ke depan, akan ditingkatkan untuk menjadi 40% dengan kawasan Gading Serpong yang menjadi tulang punggungnya. Untuk mesin penjualan, ditargetkan setiap bulan bisa dibukukkan penjualan sekitar Rp 500 miliar sehingga kinerja satu tahun sekitar Rp 6 triliun.
Buat detikers yang punya permasalahan seputar rumah, tanah atau properti lain. Baik itu berkaitan dengan hukum, konstruksi, pembiayaan dan lainnya, tim detikProperti bisa bantu cari solusinya. Kirim pertanyaan Kamu via email ke tanya@detikproperti.com dengan subject 'Tanya detikProperti', nanti pertanyaan akan dijawab oleh pakar.